Menghidupkan Kembali Tambak yang Kehilangan Kesuburan

5 days ago 9

PANGKEP SULSEL - Tambak merupakan salah satu sumber penghidupan utama masyarakat pesisir. Namun, tidak sedikit petambak yang kini menghadapi kenyataan pahit: tambak yang dulu subur kini tampak mati suri. Ikan lambat tumbuh, udang mudah terserang penyakit, dan hasil panen menurun drastis. Kondisi ini tidak hanya merugikan petambak secara ekonomi, tetapi juga mengancam ketahanan pangan lokal yang bergantung pada hasil tambak.

Penyebab berkurangnya kesuburan tambak beragam, mulai dari menumpuknya lumpur hitam, penggunaan pupuk kimia berlebihan, hingga manajemen air yang kurang tepat. Urea dan TSP memang mampu memicu pertumbuhan plankton, tetapi pemakaian tanpa kontrol bisa membuat tanah tambak keras dan asam. Akibatnya, siklus alami di tambak terganggu, dan ekosistem menjadi tidak seimbang.

Padahal, ada banyak cara untuk menyuburkan tambak kembali tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pupuk kimia. Pengapuran dengan dolomit, pemberian pupuk organik dari kotoran ternak atau dedak, serta pemanfaatan probiotik merupakan langkah sederhana yang bisa dilakukan petambak. Bahkan, dengan fermentasi bahan lokal, petambak bisa membuat pupuk cair sendiri yang lebih murah dan ramah lingkungan.

Selain itu, manajemen air dan pola budidaya juga perlu diperhatikan. Pengeringan tambak secara berkala, rotasi komoditas, serta penerapan polikultur — misalnya bandeng, udang, dan rumput laut dalam satu ekosistem — dapat menjaga keseimbangan alami. Upaya ini bukan hanya menyuburkan tanah dan air tambak, tetapi juga menekan risiko penyakit dan menambah pendapatan petambak.

Kini saatnya petambak melihat tambak bukan hanya sebagai lahan produksi, melainkan sebagai ekosistem yang hidup dan perlu dijaga keseimbangannya. Jika tanah, air, dan biota dipelihara dengan baik, tambak akan kembali subur dan hasil panen meningkat. Inovasi berbasis lokal, ditambah dukungan pemerintah dan pendampingan teknologi, menjadi kunci agar tambak kembali menjadi sumber kehidupan yang menyejahterakan masyarakat pesisir.

Saya rangkum langkah praktis yang bisa dilakukan untuk menyuburkan kembali tambak yang kurang subur. Prinsipnya: perbaiki tanah, pulihkan air, hidupkan mikroba, dan jaga keseimbangan ekosistem.

 Cara Menyuburkan Kembali Tambak

1. Pengolahan Tanah Dasar

Keringkan tambak 1–2 minggu setelah panen. Cangkul atau bajak lumpur hitam agar gas beracun (H₂S, amonia) keluar. Jemur hingga tanah retak-retak tipis (jangan sampai pecah terlalu dalam).

2. Pengapuran

Tebar kapur dolomit/kapur pertanian ± 1–2 ton/ha (tergantung pH). Fungsi: menetralkan keasaman, memperbaiki struktur tanah, menambah kalsium & magnesium.

3. Pupuk Organik

Taburkan pupuk kandang matang, kompos, atau sisa tanaman kering (± 500–1000 kg/ha). Bisa juga pakai pupuk cair fermentasi (dedak + molases/gula merah + limbah ikan).

Tujuan: menambah unsur N, P, K alami + memperbaiki tekstur tanah.

4. Pemupukan untuk Plankton

Kalau mau alami: gunakan pupuk cair organik atau MOL (mikro organisme lokal). Kalau mau campuran: sedikit urea + TSP boleh, tapi jangan berlebihan, lebih baik kombinasikan dengan organik. Tujuan: memicu pertumbuhan plankton sebagai pakan alami.

5. Pengelolaan Air

Isi air secara bertahap (30–50 cm dulu → setelah plankton tumbuh → naikkan ke ketinggian ideal). Lakukan pergantian air berkala supaya oksigen cukup. Bisa tambahkan zeolit untuk menyerap racun amonia.

6. Probiotik & Bio-remediasi

Aplikasikan probiotik (bakteri pengurai) untuk menjaga air tetap sehat. Bisa juga pakai mikroba lokal hasil fermentasi (contoh: EM4 + gula merah + air).

7. Diversifikasi & Rotasi

Polikultur: bandeng + udang + rumput laut agar ekosistem lebih seimbang. Istirahatkan tambak minimal 1 musim jika kondisinya terlalu rusak.

 Intinya: jangan hanya mengandalkan pupuk kimia. Kombinasi pengapuran + organik + probiotik + manajemen air akan menghidupkan kembali tambak yang mati suri.

Pangkep 12 September 2025

Herman Djide 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |