Nezar Patria: Televisi Harus Jadi Perusahaan Teknologi Konten

6 hours ago 1

JAKARTA - Stasiun televisi tidak bisa lagi hanya berdiam diri sebagai lembaga penyiaran tradisional. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria, menyerukan agar industri ini segera bertransformasi menjadi perusahaan teknologi konten yang cerdas. Ini merupakan langkah krusial agar tetap relevan di kancah global yang terus bergerak cepat.

Masa depan pertelevisian, menurut Nezar, sangat bergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan kecerdasan artifisial (AI). Ia menegaskan, media harus merangkul inovasi teknologi demi keberlangsungan jurnalisme yang berintegritas.

“(Perusahaan) televisi lain harus melihat dirinya bukan hanya sebagai stasiun penyiaran, tapi sebagai perusahaan teknologi konten. Teknologi, terutama AI, harus masuk ke semua aspek, dari ruang redaksi sampai distribusi, ” ujar Nezar dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (04/11/2025).

Pergeseran fundamental ini terjadi seiring dunia memasuki era media 3.0, yang didominasi oleh algoritma dan AI. Penonton kini tidak lagi secara pasif menunggu tayangan, melainkan menerima rekomendasi konten yang dipersonalisasi melalui asisten AI. Pola siaran tradisional yang terikat jadwal tetap kini menghadapi ancaman serius.

“Kendali konten kini ada di tangan AI. Bukan lagi manusia yang menentukan. Ini mengubah cara orang menonton, dan mengguncang model distribusi media konvensional, ” tegasnya.

Meskipun penuh tantangan, Nezar melihat AI sebagai peluang emas bagi industri televisi. AI dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi produksi, menyempurnakan kualitas audio-visual, hingga menganalisis data penonton secara mendalam untuk pengambilan keputusan editorial yang lebih akurat.

“AI bisa membantu kerja redaksi, tapi jangan sepenuhnya diserahkan pada mesin. Tetap harus ada human in the loop, agar berita tidak kehilangan akurasi dan nilai etikanya, ” kata Nezar.

Namun, Nezar juga mengingatkan adanya risiko yang mengintai dari penyalahgunaan AI. Ancaman seperti deepfake, penyebaran disinformasi, dan halusinasi data dapat merusak kredibilitas jurnalisme. Ia mencontohkan kasus lembaga survei besar di Australia yang harus membayar denda ratusan ribu dolar akibat sumber datanya ternyata palsu, hasil rekayasa AI.

Kementerian Komunikasi dan Digital terus berkomitmen mendukung inovasi media nasional. Tujuannya adalah agar industri ini dapat memanfaatkan teknologi mutakhir tanpa mengorbankan esensi jurnalisme.

“Teknologi bisa dipelajari, tapi jurnalisme harus tetap jadi nyawa kita. Media yang bertahan bukan yang paling cepat beradaptasi secara teknis, tapi yang tetap menyajikan informasi benar dan membela kepentingan publik, ” pungkasnya. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |