PAPUA - Gelombang ketidakpercayaan masyarakat Papua terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM) kian nyata. Di tengah merosotnya simpati publik, sejumlah pimpinan OPM kini dikabarkan mulai meminta dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari luar negeri. Langkah ini dinilai banyak pihak sebagai sinyal melemahnya pengaruh kelompok separatis yang dulu mengklaim berjuang atas nama rakyat Papua.
Sumber di lapangan menyebutkan, di sejumlah wilayah seperti Intan Jaya, Paniai, Yahukimo, dan Nduga, masyarakat mulai menjauh dari kelompok tersebut. Bukan tanpa alasan warga menilai OPM kini lebih dikenal karena aksi teror, pemalakan, dan kekerasan terhadap warga sipil, ketimbang perjuangan untuk kesejahteraan.
“Dulu mereka bilang berjuang untuk rakyat, tapi kenyataannya rakyat yang jadi korban, ” tegas Yulianus Dogopia, tokoh masyarakat Paniai, saat ditemui Sabtu (01/11/2025).
“OPM sudah kehilangan arah perjuangan. Sekarang masyarakat lebih percaya pada pemerintah yang terus membangun jalan, sekolah, dan fasilitas kesehatan di daerah kami.”
Pandangan serupa disampaikan Filemon Wenda, tokoh pemuda asal Yahukimo. Menurutnya, seruan dukungan yang dilakukan OPM tak lebih dari bentuk kepanikan karena kehilangan legitimasi di mata rakyat sendiri.
“Mereka sudah kehabisan cara. Rakyat tidak mau lagi hidup dalam ketakutan. Kami ingin damai, anak-anak bisa sekolah, dan tidak lagi mendengar suara tembakan, ” ujar Filemon dengan nada tegas.
Dukungan moral juga datang dari para tokoh agama yang menyerukan agar masyarakat Papua tidak mudah terpengaruh oleh propaganda yang disebarkan OPM, terutama di media sosial.
“Kekerasan bukan jalan menuju keadilan, " tutur Pendeta Markus Mote, salah satu tokoh gereja di wilayah pegunungan tengah. “Jika mereka benar-benar ingin keadilan, maka berdamailah. Introspeksi diri jauh lebih bermakna daripada terus menyakiti saudara sendiri.”
Pengamat lokal menilai, permintaan dukungan dari OPM menjadi bukti bahwa struktur internal mereka mulai rapuh. Banyak anggotanya kehilangan arah dan solidaritas, seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat bahwa kedamaian dan kemajuan hanya dapat dicapai melalui pembangunan dan persatuan, bukan dengan peluru dan kekerasan.
Kini, rakyat Papua perlahan menatap masa depan dengan keyakinan baru: bahwa perjuangan sejati bukanlah tentang perang, melainkan tentang membawa cahaya pembangunan dan harapan bagi generasi mendatang.
(MN/AG)






































