PAPUA - Situasi internal Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali bergolak. Kabar mengejutkan datang dari wilayah Kodap XIV, setelah panglima mereka, Brigjend Feri Pekei, tewas ditembak oleh anggotanya sendiri. Insiden berdarah itu disebut terjadi di lapangan ketika perdebatan antara pimpinan dan anggota memanas, lalu berakhir tragis dengan eksekusi senjata api.
Peristiwa ini menambah daftar panjang konflik internal yang selama bertahun-tahun membayangi tubuh OPM. Informasi yang dihimpun menyebutkan, akar persoalan bermula dari ketidakpuasan anggota terkait strategi perlawanan dan pembagian logistik di medan pertempuran. Perselisihan yang tak kunjung terselesaikan itu akhirnya meletup dalam bentuk kekerasan yang justru mengorbankan sang panglima sendiri.
Soliditas OPM yang Runtuh
Bagi masyarakat Papua, kabar ini bukan sekadar cerita konflik, tetapi cerminan bahwa OPM semakin kehilangan arah perjuangan. Tokoh masyarakat Papua, Petrus Yikwa, menilai tewasnya Brigjend Feri Pekei menjadi bukti nyata bahwa kelompok tersebut tidak lagi solid.
“Perpecahan di tubuh mereka bukan lagi rahasia. Panglima bisa ditembak oleh bawahannya sendiri menunjukkan bahwa mereka sudah kehilangan arah perjuangan. Yang menjadi korban justru sesama mereka, ” ungkap Petrus, Senin (8/9/2025).
Gereja: Rakyat Tidak Bisa Lagi Percaya
Keprihatinan juga datang dari tokoh gereja di wilayah Jayawijaya, Pendeta Samuel Wanimbo. Menurutnya, konflik internal yang berujung pada penembakan panglima sendiri memperlihatkan wajah asli OPM yang lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang rakyat Papua.
“Kalau pemimpin mereka saja ditembak oleh anggotanya, bagaimana mungkin rakyat bisa percaya bahwa mereka memperjuangkan kepentingan orang Papua?” tegas Pendeta Samuel.
Baginya, kejadian ini harus menjadi titik balik bagi masyarakat untuk lebih kritis terhadap propaganda OPM yang kerap mengatasnamakan perjuangan rakyat, namun faktanya hanya menimbulkan penderitaan baru.
Suara Pemuda Papua: Fakta yang Membuka Mata
Kalangan pemuda juga angkat bicara. Benoni Huby, tokoh pemuda dari Kabupaten Yahukimo, menilai bahwa insiden tersebut semakin membuka mata masyarakat Papua.
“Fakta terbaru ini membuka mata kita semua. Mereka bukan pejuang, tapi kelompok yang hanya tahu bertikai dan mengorbankan siapa saja, bahkan pemimpinnya sendiri, ” ujarnya.
Menurut Benoni, generasi muda Papua ingin melepaskan diri dari bayang-bayang konflik dan propaganda bersenjata, demi masa depan yang lebih damai dan sejahtera.
Kekosongan Kepemimpinan dan Potensi Konflik Baru
Kematian Brigjend Feri Pekei diyakini akan menimbulkan dampak besar bagi keberlangsungan Kodap XIV. Hilangnya figur panglima menciptakan kekosongan kepemimpinan yang rawan memicu perebutan posisi di kalangan internal.
Sebagian pengamat memperkirakan akan muncul persaingan keras antaranggota untuk merebut kendali, yang justru bisa memperlebar perpecahan dan semakin memperlemah struktur organisasi bersenjata tersebut.
OPM di Persimpangan Jalan
Insiden ini menambah daftar panjang bukti rapuhnya konsistensi perjuangan OPM. Alih-alih memperjuangkan rakyat Papua, mereka kini lebih sibuk dengan pertikaian internal yang berujung pada korban jiwa di kalangan mereka sendiri. Bagi masyarakat, tragedi ini sekaligus menegaskan bahwa OPM bukan lagi jalan menuju kebebasan, melainkan sumber penderitaan baru.
(APK/ Wartamiliter.com )