PAPUA - Di balik sunyinya pegunungan Puncak, sebuah cerita kehangatan dan kolaborasi tercipta. Pos Satgas TNI di Pintu Jawa, Distrik Mage’abume, Kabupaten Puncak, Papua, mendadak berubah wajah. Bukan karena situasi genting, melainkan karena senyum para mama-mama dari Kampung Gelegi yang menjadikan pos itu sebagai pasar harian mereka. Jum'at 4 April 2025.
Jarak tempuh ke Pasar Sinak yang melelahkan berjalan kaki berjam-jam menembus medan terjal membuat mama-mama mencari solusi. Mereka menemukannya di tempat yang tak disangka: pos militer yang kini berdenyut layaknya pasar rakyat.
Letda Inf Risal, Danpos Pintu Jawa, tak sekadar menyambut. Ia membuka lebar gerbang pos untuk para pedagang lokal, menata lapak, dan memastikan kenyamanan mereka.
"Kami bukan hanya penjaga wilayah, tapi bagian dari mereka. Ini rumah bersama, " ujarnya.
Di bawah naungan bendera Merah Putih dan tenda loreng, aneka hasil bumi tersaji: ubi, sayur segar, buah khas pegunungan, hingga rempah lokal yang harum.
Mama Meriani, salah satu pedagang, bercerita, "Kami biasa jalan kaki jauh untuk jualan. Sekarang, dekat dan aman. TNI bantu kami, jaga kami."
Dampaknya bukan hanya ekonomi. Rasa percaya dan persaudaraan tumbuh dari interaksi sehari-hari antara prajurit dan warga. Tak ada sekat antara seragam dan sarung.
Dansatgas Koops Habema, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono, menanggapi fenomena ini dengan haru,
"Inilah wajah TNI hari ini bukan hanya kekuatan, tapi kehangatan. Di tengah keterbatasan, kami hadir sebagai bagian dari solusi."
Apa yang dilakukan di Pos Pintu Jawa menjadi bukti nyata bahwa keamanan dan kesejahteraan bisa berjalan beriringan. Pasar dadakan ini bukan sekadar tempat transaksi, tapi juga lambang kepercayaan, kolaborasi, dan cinta antara TNI dan masyarakat Papua.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono