DOGIYAI - Warga Kabupaten Dogiyai dikejutkan oleh peristiwa tragis yang menimpa Piter Tebai, seorang pemuda yang dikenal aktif di gereja dan kegiatan kepemudaan. Ia dilaporkan meninggal dunia setelah diduga menjadi korban racun yang dicampurkan ke dalam kopi dan gula, pemberian dari anggota kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Insiden itu terjadi pada Rabu (13/8/2025) di salah satu kampung di wilayah Dogiyai. Menurut keterangan warga, Piter awalnya menerima bingkisan berupa gula dan kopi dari seorang oknum anggota OPM yang beroperasi di daerah tersebut. Tak sedikitpun ia menaruh curiga, terlebih karena pelaku adalah sosok yang dikenal di lingkungannya.
Namun, beberapa saat setelah meminum kopi itu, Piter mengalami gejala keracunan yang hebat. “Dia langsung merasa mual, pusing, dan muntah-muntah. Kami berusaha membawanya ke puskesmas, tapi nyawanya tidak tertolong, ” ungkap Markus Tebai, kerabat korban sekaligus saksi mata, dengan nada penuh kesedihan.
Kabar kematian Piter menyebar cepat di kampung, memicu kemarahan sekaligus rasa takut di kalangan warga. Pendeta Yonas Tebay, tokoh gereja setempat, mengutuk keras aksi yang dinilai kejam dan tidak berperikemanusiaan itu.
“Perbedaan pandangan politik tidak boleh menjadi alasan untuk menghilangkan nyawa orang. Apalagi dilakukan dengan cara licik seperti meracun. Ini bukan budaya kita sebagai orang Papua, ” tegasnya.
Nada peringatan juga datang dari Kepala Kampung, Yafet Dogomo. Ia meminta seluruh warga untuk meningkatkan kewaspadaan.
“Kami imbau agar warga tidak menerima makanan atau minuman dari orang yang tidak dikenal, apalagi dari kelompok bersenjata. Kejadian ini sudah menjadi pelajaran pahit bagi kita semua, ” ujarnya.
Bagi masyarakat setempat, Piter bukanlah orang biasa. Ia dikenal ramah, rajin beribadah, dan aktif membantu berbagai kegiatan pemuda. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi seluruh komunitas.
Tragedi ini menambah daftar panjang korban sipil akibat konflik bersenjata di Papua. Peristiwa tersebut kembali mengingatkan bahwa kekerasan—dalam bentuk apa pun hanya akan meninggalkan penderitaan dan luka yang sulit disembuhkan.
Hingga berita ini diturunkan, aparat keamanan belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan pelaku maupun langkah hukum yang akan diambil. Namun, bagi warga Dogiyai, peristiwa ini sudah cukup untuk mengubah cara mereka memandang rasa aman di kampung yang selama ini mereka cintai.
(APK/Red1922)