JAKARTA - Lahir di Aceh pada 5 Oktober 1970, Nezar Patria lahir dari lingkungan yang lekat dengan dunia informasi. Ayahnya, Sjamsul Kahar, merupakan sosok penting di balik Harian Serambi Indonesia, media terbesar di Aceh yang bernaung di bawah grup Kompas Gramedia. Jejak intelektual Nezar bermula di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, di Fakultas Filsafat. Di kampus inilah semangat aktivismenya mulai membara, terhimpun dalam berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Biro Pers Mahasiswa, Jamaah Shalahuddin UGM, dan Kelompok Studi Plaza Filsafat UGM.
Pengalaman pahit pun tak luput dari perjalanan Nezar. Ia menjadi salah satu korban penculikan Aktivis 98, sebuah episode kelam yang turut membentuk karakternya. Kisahnya kemudian diabadikan dalam artikel "Di Kuil Penyiksaan Orde Baru" yang dimuat di majalah Tempo, serta dalam novel "Laut Bercerita" karya rekannya, Leila Chudori.
Semangat belajarnya tak berhenti di jenjang sarjana. Nezar melanjutkan studi ke kancah internasional, meraih gelar Magister Sejarah Hubungan Internasional di London School of Economics and Political Science (LSE). Tak puas, ia terus menorehkan prestasi akademis dengan meraih gelar M.B.A dari Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB dan Asean M.B.A dari Graduate School of Business University Sains Malaysia pada tahun 2022. Puncaknya, ia berhasil menyelesaikan studi doktoral di bidang komunikasi dari FISIPOL Universitas Gadjah Mada.
Perjalanan karier Nezar dimulai di dunia jurnalistik. Ia mengasah kemampuannya sebagai wartawan di Majalah Berita Mingguan Tempo dari tahun 1999 hingga 2008. Pengalaman ini menjadi bekal berharga ketika ia bersama rekan seperjuangannya mendirikan portal berita Viva.co.id pada tahun 2008-2014, di mana ia juga menjabat sebagai redaktur pelaksana.
Dedikasinya di dunia jurnalistik membawanya pada posisi kepemimpinan. Nezar pernah menjabat sebagai Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) periode 2008-2011 dan menjadi Anggota Dewan Pers, memimpin Komisi Hubungan Antar Lembaga dari 2016-2019. Perhatiannya terhadap isu-isu penting juga tercermin dari penghargaan Journalism for Tolerance Prize yang diraihnya pada tahun 2003 berkat liputan investigasi kerusuhan Mei 1998 di majalah Tempo. Ia juga berkontribusi dalam riset sebagai editor jurnal pemikiran sosial dan ekonomi Prisma (LP3ES).
Langkah Nezar kemudian merambah ke sektor pemerintahan. Pengalamannya sebagai Direktur Kelembagaan PT Pos Indonesia (Persero) periode 2020-2022 dan Komisaris Utama PT Dapensi Trio Usaha dari 2021-2022, membuatnya dipercaya sebagai Staf Khusus V di Kementerian BUMN dari tahun 2022 hingga 2023.
Puncak penantian kariernya terjadi pada 17 Juli 2023, ketika Presiden Jokowi melantiknya sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Hingga kini, ia mendampingi Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi, dalam memimpin sektor strategis ini. (PERS)















































