JAKARTA - Bank Indonesia (BI) sekali lagi menegaskan posisinya sebagai benteng pertahanan nilai tukar rupiah. Menyadari adanya tekanan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang belakangan ini menembus angka Rp16.700-an per dolar AS, bank sentral ini bertekad menjaga stabilitasnya.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Jakarta pada Jumat, mengungkapkan bahwa BI telah mengerahkan seluruh instrumen yang dimilikinya dengan langkah tegas. Upaya ini tidak hanya menyasar pasar domestik melalui instrumen spot dan domestic non-deliverable forward (DNDF), tetapi juga mencakup pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
Tak berhenti di situ, BI juga gencar melakukan intervensi di pasar internasional. Operasi ini menjangkau berbagai kawasan strategis di Asia, Eropa, dan Amerika, yang dilakukan secara berkelanjutan melalui mekanisme intervensi non-deliverable forward (NDF).
Keyakinan BI sangat kuat bahwa seluruh rangkaian aksi ini akan membuahkan hasil yang signifikan, yaitu menstabilkan nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya yang sesungguhnya. BI percaya bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kokoh.
Lebih lanjut, BI turut mengajak seluruh pelaku pasar untuk bersinergi dan berkontribusi dalam menciptakan iklim pasar keuangan yang kondusif. Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi kunci tercapainya stabilitas nilai tukar rupiah yang optimal.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir memang menunjukkan fluktuasi, berada di kisaran Rp16.600-Rp16.700 per dolar AS. Bahkan, pada Selasa pagi (23/9/2025), rupiah sempat menyentuh level Rp16.500-an sebelum akhirnya kembali melemah pada sesi perdagangan berikutnya.
Pada pembukaan perdagangan Jumat ini di Jakarta, rupiah tercatat melemah sebanyak 26 poin atau 0, 15 persen, bertengger di angka Rp16.775 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.749 per dolar AS. Tren pelemahan ini juga terlihat sepanjang sepekan terakhir. Dibandingkan dengan pembukaan perdagangan Jumat pekan sebelumnya, rupiah mengalami pelemahan sekitar 1, 23 persen. Jika dibandingkan dengan posisi pembukaan perdagangan Senin (22/9/2025), pelemahannya mencapai 0, 85 persen. (PERS)