GAZA - Dalam situasi yang semakin mencekam, Israel mengumumkan pembukaan rute "sementara" bagi warga sipil Palestina untuk meninggalkan Kota Gaza. Langkah ini diambil setelah pasukan darat Israel melancarkan serangan intensif ke kota terbesar di Jalur Gaza tersebut, yang diklaim bertujuan untuk menghancurkan kelompok Hamas.
Militer Israel melaporkan pada Selasa (16/9) bahwa pasukan darat mereka telah bergerak lebih dalam ke jantung Kota Gaza, menyusul aksi pengeboman besar-besaran yang telah berlangsung sebelumnya. Perkiraan Tel Aviv menyebutkan sekitar 2.000 hingga 3.000 militan Hamas berada di area pusat kota tersebut.
Keputusan untuk melancarkan serangan darat ini muncul setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis hasil penyelidikannya yang menuduh Israel melakukan "genosida" di wilayah Palestina. Laporan tersebut juga menyebutkan keterlibatan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pejabat senior lainnya dalam menghasut genosida.
"Mengumumkan pembukaan rute transportasi sementara melalui Jalan Salah al-Din, " demikian pernyataan terbaru dari juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, seperti dilaporkan oleh AFP dan Reuters pada Rabu (17/9/2025).
"Rute tersebut hanya akan dibuka selama 48 jam, " ujar Adraee, menjelaskan bahwa rute transportasi sementara ini mulai dibuka pada tengah hari Rabu (17/9) waktu setempat.
Sebelumnya, militer Israel telah berulang kali mendesak warga sipil Palestina untuk segera meninggalkan Kota Gaza. Mereka diarahkan untuk menggunakan jalan pesisir menuju apa yang disebut sebagai "zona kemanusiaan" di wilayah selatan, termasuk sebagian Al-Mawasi.
Jalan Salah al-Din, yang kini diumumkan sebagai rute baru untuk pengungsian, membentang dari utara ke selatan di wilayah tengah Jalur Gaza.
PBB sendiri memperkirakan bahwa pada akhir Agustus lalu, sekitar satu juta orang masih mendiami Kota Gaza dan area sekitarnya. Dalam beberapa hari terakhir, para jurnalis AFP di lapangan menyaksikan adanya eksodus baru dari kota tersebut.
Militer Israel mengklaim bahwa "lebih dari 350.000 orang" telah mengungsi ke wilayah selatan hingga Rabu (17/9).
Namun, di tengah situasi yang serba tidak pasti ini, banyak warga Palestina yang diwawancarai AFP di Jalur Gaza mengungkapkan keputusasaan mereka. Mereka bersikeras bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman di wilayah tersebut, dan banyak yang merasa lebih baik mati di rumah daripada terus-menerus mengungsi. (PERS)