Teror OPM Kembali Hantui Papua: Sopir Lajuran Ditembaki di Jalur Trans Nabire–Paniai

5 hours ago 2

NABIRE - Ketegangan di Papua kembali meningkat setelah kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) melancarkan aksi brutal di jalur transportasi vital Trans Nabire–Paniai. Pada Jumat, 17 Oktober 2025, sekitar pukul 11.30 WIT, kelompok yang dipimpin oleh Daniel Aibon Kogoya ini menyerang sopir lajuran asal Papua di Kampung Topo, Distrik Uwapa, Kabupaten Nabire. Aksi penembakan tersebut menambah panjang daftar kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis ini terhadap warga sipil.

Dalam peristiwa tersebut, tiga sopir mengalami luka tembak di bagian tubuh yang berbeda. Para korban segera dievakuasi oleh warga bersama aparat gabungan TNI–Polri yang tiba di lokasi tak lama setelah insiden. Ketiga korban kini mendapatkan perawatan intensif di RSUD Nabire dan dilaporkan dalam kondisi stabil.

Saksi mata, Ateng Pekei, menceritakan bahwa serangan terjadi secara mendadak tanpa peringatan. “Kami sangat takut, padahal mereka (korban) orang kampung sini, sama-sama orang Papua yang cari makan untuk keluarga. Tidak ada alasan menembaki sesama, ” ujarnya dengan nada geram. Sabtu (18/10/2025).

Tindakan brutal ini mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat Kabupaten Nabire, Yafet Wonda, yang menyebutkan bahwa serangan terhadap sopir lajuran yang hanya mencari nafkah adalah bentuk teror yang merugikan masyarakat Papua sendiri.

“Aksi seperti ini tidak bisa dibenarkan. Mereka bukan musuh, mereka adalah anak-anak Papua yang sedang bekerja jujur untuk menghidupi keluarganya, ” tegas Yafet.

Ondoafi Kampung Topo, Bapak Elias Kobogau, juga menyoroti dampak negatif dari aksi teror ini terhadap kehidupan masyarakat. “Kami hidup dalam ketakutan. Jalan ini adalah satu-satunya akses ekonomi dan logistik utama. Jika tidak aman, bagaimana kami akan membawa hasil bumi dan kebutuhan pokok?” ujarnya. Ia meminta agar aparat keamanan memperkuat penjagaan di sepanjang jalur ini demi keselamatan warga dan kelancaran aktivitas ekonomi.

Aksi penembakan ini menjadi pengingat bahwa kehadiran OPM kini lebih banyak menambah penderitaan rakyat Papua ketimbang memperjuangkan aspirasi mereka. Masyarakat kini semakin merindukan kedamaian dan perlindungan dari kekerasan yang tak berkesudahan.

(*)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |