Tragedi di Yahukimo: OPM Cuci Tangan atas Penembakan Tenaga Pengajar dan Kesehatan di Papua

4 weeks ago 10

PAPUA - Aksi kekerasan kembali mengguncang Papua. Penembakan brutal yang menewaskan satu tenaga pengajar dan melukai lima lainnya di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, pada 21 Maret 2025, menuai kecaman luas. Meski berbagai bukti mengarah pada kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM), juru bicaranya, Sebby Sambom, justru mengeluarkan pernyataan mengejutkan: OPM tidak bertanggung jawab atas insiden berdarah tersebut.

Serangan Brutal di Wilayah Rawan Konflik

Distrik Anggruk, yang selama ini dikenal sebagai wilayah yang memiliki tantangan besar dalam akses pendidikan dan kesehatan, kembali menjadi saksi bisu kekejaman kelompok bersenjata. Para korban—yang terdiri dari tenaga pengajar dan tenaga kesehatan—datang ke wilayah ini dengan misi mulia: memberikan ilmu dan layanan kesehatan bagi masyarakat. Namun, mereka justru menjadi target kekerasan yang mengancam nyawa.

Menurut laporan saksi mata, sekelompok orang bersenjata menyerang para korban tanpa ampun. Satu tenaga pengajar tewas di tempat akibat luka tembak, sementara lima lainnya mengalami luka ringan hingga berat. Kejadian ini kembali memperlihatkan betapa rentannya keamanan bagi para pekerja kemanusiaan di wilayah konflik.

Sebby Sambom: "Itu Bukan Perbuatan OPM"

Menanggapi insiden ini, Sebby Sambom, juru bicara OPM yang sering mengeluarkan pernyataan kontroversial, membantah keterlibatan kelompoknya. Dalam konferensi pers yang disiarkan oleh media internasional, ia menyatakan bahwa OPM tidak bertanggung jawab atas penembakan tersebut.

"Kami, Organisasi Papua Merdeka, tidak ada kaitannya dengan tindakan penembakan terhadap tenaga pengajar dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk. Itu bukan bagian dari perjuangan kami. Jika ada kelompok yang terlibat dalam kekerasan tersebut, itu adalah tindakan individu yang tidak mewakili OPM, " ujar Sebby Sambom, Senin (24/03/2025).

Pernyataan ini menuai reaksi keras dari berbagai pihak, mengingat selama ini OPM kerap dikaitkan dengan berbagai aksi teror dan kekerasan di Papua. Banyak pihak menilai bahwa OPM berusaha mencuci tangan dan melepaskan diri dari tanggung jawab, meskipun kelompok separatis ini berulang kali dikaitkan dengan berbagai serangan terhadap aparat, warga sipil, serta tenaga pendidik dan medis.

Kecaman dan Seruan untuk Keamanan Papua

Serangan terhadap tenaga pendidik dan tenaga kesehatan di Papua bukanlah pertama kalinya terjadi. Keberadaan kelompok bersenjata yang kerap mengancam keselamatan para pekerja kemanusiaan telah menjadi perhatian serius pemerintah dan masyarakat luas.

Pemerintah dan aparat keamanan kini tengah melakukan investigasi mendalam untuk mengungkap siapa dalang di balik aksi biadab ini. Masyarakat berharap agar para pelaku segera ditangkap dan diadili, serta keamanan di wilayah-wilayah rawan konflik dapat lebih diperketat.

Sementara itu, berbagai organisasi hak asasi manusia dan pemerhati Papua menyerukan agar kekerasan terhadap tenaga pengajar dan tenaga kesehatan dihentikan. Mereka yang datang dengan misi kemanusiaan seharusnya mendapat perlindungan, bukan justru menjadi target kekerasan.

Harapan Akan Papua yang Damai

Tragedi ini kembali menjadi pengingat bahwa Papua membutuhkan lebih dari sekadar pembangunan fisik, tetapi juga jaminan keamanan bagi mereka yang mengabdi di tanah ini. Masyarakat Papua berhak mendapatkan pendidikan dan layanan kesehatan yang layak, tanpa harus diwarnai ketakutan akibat aksi kekerasan yang terus berulang.

Pernyataan Sebby Sambom mungkin menjadi upaya untuk mencuci tangan, tetapi fakta di lapangan berbicara lebih keras. Kekerasan di Papua harus segera dihentikan, dan para pelaku harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. (KMD/red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |