LANNY JAYA - Suasana di Kampung Wunambunggu, Distrik Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Rabu (5/11/2025) pagi, berubah menjadi saksi sejarah keberanian rakyat. Masyarakat setempat dengan tegas menolak keberadaan dan kekerasan kelompok separatis OPM Kodap XII/Lanny Jaya yang selama ini menindas mereka.
Dipimpin Pendeta Yutius, tokoh agama yang disegani di wilayah itu, warga secara spontan melakukan aksi pembakaran terhadap rumah dan honai milik Purom Okiman Wenda, yang diketahui sebagai Pangkodap XII/Lanny Jaya TPNPB-OPM. Aksi tersebut bukan sekadar bentuk kemarahan, tetapi seruan lantang rakyat yang sudah muak terhadap penindasan dan pemerasan yang dilakukan kelompok bersenjata.
Pendeta Yutius, yang menjadi motor kebangkitan warga Wunambunggu, menyampaikan bahwa tindakan ini lahir dari kepedihan yang sudah lama dipendam oleh masyarakat.
“Kami sudah terlalu lama hidup di bawah tekanan dan ketakutan. Mereka memeras, mengambil bahan bangunan, bahkan merampas material puskesmas yang seharusnya untuk pelayanan kesehatan warga. Sudah cukup. Kami ingin hidup tenang, ingin anak-anak kami sekolah tanpa rasa takut, ” ujarnya tegas.
Pendeta Yutius juga menilai kehadiran Satgas Yonif 408/Suhbrastha (SBH) di wilayah Wunambunggu menjadi angin segar bagi masyarakat. Menurutnya, TNI hadir bukan untuk menakut-nakuti, tetapi membawa perubahan dan harapan baru melalui kegiatan sosial, pelayanan kesehatan, dan pembukaan akses jalan.
“Sekarang kami merasakan negara benar-benar hadir. Bapak-bapak TNI membantu kami bekerja, berobat, bahkan ikut membangun kampung. Inilah yang membuat kami berani melawan ketidakadilan, ” imbuhnya.
Aksi warga Wunambunggu menjadi simbol kebangkitan masyarakat Papua dari bayang-bayang teror dan intimidasi. Mereka kini mulai sadar bahwa kedamaian dan masa depan hanya bisa dibangun dengan keberanian menolak kekerasan bersenjata.
Langkah ini juga menunjukkan bahwa suara rakyat di pedalaman Papua tidak lagi diam mereka ingin berdiri sejajar sebagai bagian dari Indonesia yang damai dan berdaulat.
Panglima Komando Operasi Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, S.I.P., M.Si., memberikan apresiasi dan penghargaan atas sikap tegas masyarakat Wunambunggu yang memilih jalan damai.
“Apa yang dilakukan masyarakat Wunambunggu adalah bukti bahwa hati nurani rakyat Papua mulai berbicara. Mereka sudah lelah hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Kini rakyat sendiri yang memilih berdiri di sisi kebenaran dan perdamaian, ” ujar Mayjen Lucky.
Ia menegaskan bahwa keberadaan TNI di Papua bukan untuk menaklukkan rakyat, melainkan melindungi, mendampingi, dan membangun kepercayaan.
“Kami tidak datang sebagai penguasa, tetapi sebagai sahabat rakyat. Koops Habema akan terus berdiri di sisi masyarakat menghadirkan rasa aman, membuka ruang dialog, dan membangun Papua yang damai serta sejahtera, ” tandasnya.
Dari lembah-lembah Lanny Jaya kini bergema suara yang tulus dan kuat suara rakyat yang menolak penindasan, memilih kedamaian, dan memeluk masa depan yang lebih cerah bersama Indonesia.
Aksi masyarakat Wunambunggu bukan sekadar perlawanan terhadap kekerasan, melainkan tanda kebangkitan jiwa Papua:
Papua ingin damai. Papua ingin maju. Papua bersama Indonesia.
(Lettu Sus/AG)















































