Agus Suparmanto, Harapan Baru PPP di Tengah Krisis Kepemimpinan

1 month ago 19

OPINI - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tengah berada di persimpangan jalan. Setelah melewati berbagai dinamika internal dan gejolak kepemimpinan, partai berlambang Ka’bah ini membutuhkan sosok baru yang mampu menyatukan kader, mengembalikan marwah partai, sekaligus menjawab tantangan zaman. 

Dalam situasi seperti ini, nama Agus Suparmanto muncul sebagai figur alternatif yang layak dipertimbangkan untuk memimpin PPP kedepan.

Mengapa Agus Suparmanto? Pertanyaan ini wajar muncul, terutama mengingat ia bukan kader murni yang sejak awal berkarier di tubuh PPP. Namun, jika dilihat dari rekam jejak, kapasitas manajerial, pengalaman pemerintahan, serta kemampuannya membangun jaringan, justru di situlah letak kelebihan Agus. 

PPP membutuhkan pemimpin yang bersih, visioner, dan mampu membawa partai keluar dari bayang-bayang konflik internal yang berkepanjangan.
Salah satu syarat utama bagi pemimpin partai politik adalah integritas. Agus Suparmanto dikenal sebagai politisi yang relatif bersih dari kontroversi besar. Ia tidak banyak terseret dalam pusaran kasus yang merusak citra publik.

Ketua DPC PPP Kabupaten Rokan Hulu Imron mengatakan, “PPP ini tidak kekurangan tokoh, tapi kita sering kekurangan figur yang bisa menjaga kepercayaan publik. Sosok seperti Agus, dengan rekam jejak yang bersih, bisa menjadi solusi untuk mengembalikan kepercayaan umat.”

Agus Suparmanto pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan di Kabinet Indonesia Maju. Pengalaman ini memberikan pemahaman luas tentang tata kelola pemerintahan, regulasi, serta diplomasi perdagangan internasional.
Bagi PPP, memiliki pemimpin yang berpengalaman di pemerintahan sangat strategis. Partai tidak hanya butuh pemimpin yang pandai beretorika, tetapi juga yang mengerti bagaimana kebijakan negara bekerja.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Dr. Tony Rosyid, menilai, “PPP membutuhkan ketua umum yang bisa menghubungkan aspirasi umat dengan kebijakan negara. 

Agus punya pengalaman di kabinet, itu modal yang sangat besar.”
Selain pengalaman di kabinet, Agus memiliki latar belakang sebagai pengusaha sukses. Ia terbiasa mengelola organisasi bisnis dengan ribuan karyawan, mengatur strategi, dan mengambil keputusan dalam situasi sulit. PPP membutuhkan manajemen yang modern: transparan, akuntabel, dan berbasis kinerja. 

Sosok dengan latar belakang bisnis seperti Agus bisa membawa kultur baru ke dalam tubuh partai. Kader muda PPP, Jamiatul Hasanah, mengungkapkan, “Kami ingin partai ini dikelola secara profesional, bukan sekadar urusan faksi-faksi. Kami yakin Pak Agus bisa membawa kultur itu.”

Sebagai partai Islam, PPP harus dipimpin tokoh yang mampu diterima kalangan ulama dan umat. Agus memang tidak lahir dari rahim politik tradisional PPP, tetapi ia dikenal dekat dengan pesantren dan tokoh-tokoh Islam.

Ketua DPP PPP Tobahul Aftoni mengatakan nama Agus Suparmanto sebenarnya bukan sosok asing bagi PPP. Menurut dia, Agus pernah diminta senior partai Maimoen Zubair merapat ke parpol berkelir hijau tersebut, namun belum siap karena masih fokus mengembangkan bisnis dan usahanya.

Salah satu penyakit lama PPP adalah perpecahan internal. Konflik antara faksi-faksi kerap melemahkan soliditas partai. Dalam situasi seperti ini, pemimpin baru harus mampu menjadi penengah.

Sekretaris Majelis Syariah DPP PPP KH Dr Fadlolan Musyaffa’ Lc MA menggalang konsolidasi ulama peduli PPP dan kader PPP yang masih berserakan dan belum terhimpun.
“Kami bersama Wagub Jateng Taj Yasin Maimun, dan Pak Agus Suparmanto menginisiasi acara halaqoh bukan atas nama struktur PPP, baik DPP maupun DPW, tetapi atas nama Forum Peduli PPP, ” paparnya.

PPP sedang menghadapi tantangan berat: elektabilitas menurun, citra publik melemah, dan daya tarik pada pemilih muda semakin berkurang. Tanpa pembaruan, partai ini bisa semakin terpinggirkan. Agus Suparmanto bisa menawarkan visi baru: menjadikan PPP sebagai partai Islam modern yang fokus pada isu-isu nyata umat.

Agus sendiri pernah menegaskan, “PPP harus kembali ke akar perjuangan: membela umat, memberdayakan ekonomi rakyat, dan memperjuangkan pendidikan Islam. Partai ini tidak boleh terjebak hanya pada konflik internal.”

Muktamar PPP mendatang adalah momentum krusial. Jika partai ini hanya mengulang pola lama dengan kepemimpinan yang kontroversial. Publik akan semakin kehilangan kepercayaan jika adu kepentingan faksi-faksi di PPP terus berlanjut. 

Namun, jika PPP berani menghadirkan pemimpin baru dengan visi pembaruan, PPP punya peluang bangkit.
Salah satu tokoh muda PPP, H. Maman, menyampaikan, “Muktamar ini jangan jadi ajang rebutan kursi saja. Kita butuh arah baru. Kalau partai ini mau selamat, kita harus pilih pemimpin yang bisa membawa persatuan, bukan perpecahan.”

PPP tidak boleh lagi terjebak pada konflik personal yang melelahkan. Partai ini lahir dari semangat persatuan umat, dan semangat itu harus dihidupkan kembali. Agus Suparmanto hadir sebagai figur yang layak dipertimbangkan: bersih, berpengalaman, moderat, dan punya visi pembaruan.

KH. Zarkasih Nor, sesepuh PPP, menegaskan, “PPP ini partai umat. Kalau kita salah memilih pemimpin, partai ini bisa ditinggalkan umat. Sosok yang bisa menjaga marwah partai dan merangkul semua pihak harus kita dukung. Agus Suparmanto adalah salah satunya.”

Seorang ulama pernah mengingatkan, “Partai Islam harus jadi rahmat bagi umat, bukan sumber kegaduhan.” Kalimat itu seharusnya menjadi renungan bagi semua kader PPP. Dan dalam renungan itu, nama Agus Suparmanto bisa menjadi jawaban untuk mengantarkan PPP menuju babak baru: partai Islam modern, bersih, dan kembali dipercaya rakyat.

Jakarta, 25 September 2025

Zakaria H. Lubis*
(Dosen Filsafat UPN Jakarta)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |