JAKARTA - Di jantung kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengoperasikan sebuah fasilitas vital yang menjadi tulang punggung pemenuhan kebutuhan emas nasional. Pabrik pemurnian dan pencetakan emas ini memiliki kapasitas produksi yang mengesankan, mampu menghasilkan hingga 40 ton emas batangan setiap tahunnya.
Achmad Ardianto, Direktur Utama Antam, menegaskan bahwa seluruh rangkaian proses, mulai dari pemurnian bahan mentah hingga pencetakan menjadi kepingan emas yang bernilai, dilakukan sepenuhnya di fasilitas Pulo Gadung ini. Ini menunjukkan kemandirian dan kekuatan industri emas domestik yang dimiliki Indonesia.
"Itu kapasitasnya 40 ton/tahun. Nah 40 ton itu dimurnikan semuanya di Pulo Gadung, kemudian dicetak menjadi kepingan-kepingan dan kemudian dijual kepada masyarakat. Semuanya di Pulo Gadung, " ujar Achmad dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Senin (6/10/2025).
Lebih dari sekadar kapasitas produksi, Antam berambisi menjadikan merek Logam Mulia sebagai ikon emas nasional. Ambisi ini bukan tanpa dasar, mengingat produk emas Antam telah menguasai pangsa pasar emas ritel di Indonesia dengan angka yang signifikan, mencapai sekitar 78%.
Achmad juga menekankan pentingnya kebanggaan nasional yang lahir dari emas yang ditambang, dimurnikan, dan dicetak di dalam negeri. Produk ini diharapkan tidak hanya menjadi simbol kejayaan bangsa, tetapi juga dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Tantangan Pemenuhan Kebutuhan Emas yang Meningkat
Kebutuhan masyarakat Indonesia akan emas terus menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Tahun lalu saja, penjualan emas Antam mencapai 37 ton, dan target untuk tahun ini dipatok lebih tinggi, yakni 45 ton. Namun, realitas produksi emas dari tambang Antam sendiri menghadapi kendala.
Satunya-satunya tambang emas milik Antam yang masih beroperasi, terletak di Pongkor, Jawa Barat, hanya mampu memproduksi sekitar 1 ton emas per tahun. Angka ini jelas sangat jauh dari total kebutuhan pasar yang terus meroket.
"Jadi emas yang dihasilkan oleh Antam, ditambang oleh Antam itu cuma 1 ton setahun. Sementara kebutuhan masyarakat tahun lalu 37 ton, sekarang 43 ton, " ungkap Achmad Ardianto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, Senin (29/9/2025).
Menyikapi kesenjangan antara produksi domestik dan permintaan pasar, Antam telah menyiapkan beberapa strategi untuk memastikan ketersediaan emas.
Opsi Pemenuhan Emas: Dari Pasar Lokal Hingga Impor
Strategi pertama adalah melalui mekanisme buyback atau pembelian kembali emas dari masyarakat. Emas yang sebelumnya dibeli dari Antam oleh konsumen dan kini dijual kembali menjadi sumber pasokan yang dapat dicetak ulang. Namun, opsi ini hanya mampu menyumbang sekitar 2, 5 ton emas per tahun.
Pilihan kedua adalah menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan tambang emas lain di Indonesia. Antam berupaya untuk membeli emas dari perusahaan-perusahaan tersebut untuk kemudian dimurnikan di fasilitas mereka. Namun, tantangan muncul karena tidak ada aturan yang mewajibkan perusahaan tambang untuk menjual hasil produksi mereka kepada Antam, sehingga memberikan fleksibilitas bagi mereka untuk menjual di pasar domestik maupun ekspor.
Opsi terakhir, yang seringkali menjadi solusi terpaksa, adalah mengimpor emas dari luar negeri. Antam melakukan pembelian emas dari perusahaan dan lembaga yang terakreditasi oleh London Bullion Market Association (LBMA), termasuk bullion bank, refinery, maupun trader internasional. Sumber impor ini umumnya berasal dari Singapura maupun Australia.
"Nah kita membeli dari refinery maupun bullion trader yang ada di Singapura maupun Australia. Dengan harga apa? Dengan harga pasar Pak. Jadi semuanya itu sebenarnya transparan dan bisa dilacak, " tandas Achmad Ardianto.
Meskipun terpaksa, impor emas menjadi langkah krusial untuk menyeimbangkan pasokan dengan permintaan yang sangat besar. Achmad memperkirakan volume impor emas bisa mencapai sekitar 30-an ton per tahun, sementara potensi pasokan dari berbagai sumber mencapai 90 ton. (PERS)















































