Atas Nama Perjuangan, Rakyat Jadi Korban: Tangisan Papua di Tengah Teror OPM

1 day ago 8

PAPUA - Di balik nyanyian perjuangan yang terus digemakan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM), justru suara paling pilu datang dari rakyat kecil: ibu-ibu yang kehilangan tempat tinggal, anak-anak yang terputus pendidikannya, dan warga sipil yang hidup dalam ketakutan. Kamis 17, April 2025.

Dalam beberapa tahun terakhir, aksi brutal OPM makin tak terkendali. Mereka menyerang aparat keamanan, menyandera guru dan tenaga medis, membakar sekolah, menghancurkan puskesmas, hingga memaksa warga meninggalkan kampung halamannya. Rakyat yang mereka klaim perjuangkan justru menjadi korban paling nyata dari aksi-aksi tersebut.

“Kami hanya ingin hidup tenang, tapi malah diusir dari tanah sendiri, ” ucap Maria T., relawan kemanusiaan di Papua Tengah, menggambarkan trauma warga sipil yang terusir dari kampung akibat teror kelompok bersenjata.

Data dari lembaga kemanusiaan menunjukkan bahwa sepanjang 2024, lebih dari 1.500 warga sipil di Papua terpaksa mengungsi karena konflik bersenjata. Mereka kini bertahan hidup di tenda-tenda darurat tanpa air bersih, makanan cukup, layanan kesehatan, ataupun pendidikan.

Wilayah seperti Nduga, Intan Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang, dan Maybrat menjadi saksi bisu pengungsian massal dan perusakan fasilitas publik yang dilakukan OPM. Terbaru, sekolah dasar di Distrik Homeyo, Intan Jaya, dibakar sebagai simbol penolakan terhadap negara. Namun, yang jadi korban adalah anak-anak desa itu mereka kini tidak punya ruang belajar, dan guru-guru mereka pergi karena takut.

Ironisnya, OPM berdalih bahwa aksi mereka adalah bentuk perjuangan hak dan martabat Papua. Namun kenyataannya, aksi-aksi kekerasan ini justru menghancurkan masa depan generasi muda Papua dan memperparah ketertinggalan yang selama ini ingin dihapuskan.

Lebih dari sekadar kekacauan fisik, teror OPM menciptakan luka sosial yang mendalam. Ketakutan kini membayangi setiap sudut kampung. Pendidikan lumpuh, layanan kesehatan berhenti, ekonomi desa mati perlahan. Rakyat yang semestinya dilindungi justru dikorbankan atas nama "perjuangan".

Kini, harapan masyarakat Papua bukan pada senjata, tapi pada kedamaian. Mereka ingin pulang, belajar, bekerja, dan membangun tanah kelahiran tanpa bayang-bayang ketakutan. Di tengah gejolak ini, suara mereka terus bergema: “Kami lelah menjadi korban.” (APK/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |