Basri : Minyak Kelapa Liukang Tangaya, Potensi Emas yang Butuh Sentuhan Profesional

3 hours ago 2

PANGKEP SULSEL - Pulau-pulau di Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkep, dikenal dengan keindahan alamnya. Namun, di balik itu, tersembunyi potensi besar dari hasil bumi yang selama ini dikelola secara tradisional—salah satunya adalah minyak kelapa. Minyak kelapa ini dihasilkan oleh masyarakat dari kelapa tua dengan cara yang sangat alami dan tradisional.

Demikian diungkapkan Basri S.pd, salah seorang tokoh masyarakat kepulauan yang perna bertugas di Liukang Tangaya saat di temui di warkop Karya ruko Palampang Pangkajene Minggu (13/5/2025)

Dia menjelaskan bahwa Proses pembuatan minyak kelapa dilakukan dengan memarut kelapa, memerasnya secara manual, dan menyimpannya selama 24 jam sebelum akhirnya dimasak hingga menghasilkan minyak murni. Metode ini diwariskan turun-temurun dan masih terus dipraktikkan oleh masyarakat setempat hingga kini. Hasilnya adalah minyak kelapa berkualitas tinggi yang belum tersentuh bahan kimia.

Sayangnya, meskipun produk ini berkualitas, sistem pemasarannya masih sangat terbatas. Minyak kelapa ini hanya dijual jika ada tamu yang berkunjung ke pulau. Tidak ada sistem distribusi yang tetap, tidak ada branding, dan tidak ada jejaring pemasaran yang kuat yang bisa membawa produk ini ke pasar yang lebih luas.

Basri, S.Pd., seorang tokoh masyarakat yang telah mengabdikan diri sebagai pendidik selama puluhan tahun di Liukang Tangaya, menyayangkan keadaan ini. Ia menilai bahwa potensi besar masyarakat belum mendapat perhatian serius, terutama dari pemerintah desa. "Ini adalah kekayaan lokal yang harusnya bisa menjadi sumber penghidupan yang layak jika dikelola secara profesional, " ujar Basri.

Menurut Basri, salah satu solusi yang perlu segera diwujudkan adalah pemberian dukungan sarana produksi. Alat pemeras kelapa modern, pengemasan yang menarik, dan pelatihan teknis sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak terus-menerus bergantung pada cara tradisional yang menguras tenaga dan waktu.

Lebih dari itu, Basri juga menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan pemasaran untuk generasi muda. "Pemuda-pemudi yang tamat SMA perlu dilibatkan dalam proses produksi dan pemasaran. Mereka punya semangat dan akses informasi yang lebih luas untuk mengembangkan produk lokal ini, " tambahnya.

Ia berharap pemerintah desa, bersama instansi terkait, dapat menyusun program pengembangan ekonomi lokal yang menyeluruh, mulai dari hulu ke hilir. Artinya, tidak hanya fokus pada pelatihan produksi, tapi juga pengemasan, branding, pemasaran digital, hingga perluasan pasar ke luar daerah.

Minyak kelapa dari Liukang Tangaya bukan hanya sekadar produk tradisional. Ia adalah simbol kekayaan alam dan budaya lokal yang berpotensi besar mengangkat ekonomi masyarakat jika dikelola dengan pendekatan modern. Sentuhan profesional, dukungan pemerintah, dan keterlibatan generasi muda menjadi kunci utama kesuksesannya.

Sudah saatnya minyak kelapa dari pulau-pulau ini dikenal lebih luas, bukan hanya sebagai buah tangan untuk tamu, tetapi sebagai produk unggulan yang mampu bersaing di pasar regional, nasional, bahkan internasional.( Herman Djide)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |