Bukan Sekadar Video Call, Asep Japar Sukabumi Mubarokah Beri Perhatian dan Bantuan kepada Seorang Ojol yang Anaknya Sakiti Kritis

9 hours ago 4

Sukabumi, - Rabu 10 September 2025. - Di tanah yang disebut Sukabumi Mubarokah, harapan tak pernah benar-benar padam. Di sini, hujan turun bukan sekadar air, tapi doa dari langit. Di sini, pemimpin bukan hanya jabatan, tapi amanah yang hidup di hati rakyat. Di sini, derita seorang ayah bukan hanya kisah pribadi, tapi panggilan bagi siapa pun yang masih punya nurani.

Di antara deru kehidupan yang tak memberi jeda, seorang ayah mengganti mesin dengan pedal. Motor yang dulu menjadi sayap nafkah telah dijual demi anaknya yang kini terbaring di RSUD Ciawi, kepalanya membengkak oleh cairan yang tak dikenal, namun cukup untuk membuat seorang ayah mengayuh harapan.

Lalu layar menyala. Bukan panggung, bukan protokol. Hanya wajah yang hadir lewat sinyal, namun terasa dekat.

"Assalamualaikum." Suara itu datang dari Asep Japar, pemimpin yang tak menunggu sorotan, tapi memilih hadir lewat genggaman HP.

"Waalaikumsalam, Pak." jawab Pak Hendra, sang ayah, dengan mata yang menyimpan lelah dan syukur.

"Sareng Pak Hendra ieu?"

"Muhun, Pak."

"Ieuh abdi sareng Pak Asep sareng Pak Andreas." Tatapan bertemu di layar. Tak ada formalitas, hanya kehangatan yang melintasi pixel.

"Kunaon éta téh teu damangna?"

"Na kepalana téh aya cairan, Pak. Jadi ngagedéan."

"Oh gitu." Tak ada jeda basa-basi. Hanya empati yang mengalir lewat suara dan sorot mata.

"Ayeuna téh di rumah sakit mana?"

"Nuju di RSUD Ciawi, Pak."

"Oh, di Bogor, Atos dilayani?"

"Atos, Pak."

"Sing enggal damang atuhnya." Doa itu melintasi jarak, menembus layar, menyentuh hati merobak langit.

"Naon atuh ayeuna anu diperyogikeun?"

"Kanggo sehari-hari, kanggo bekel."

Tanpa ragu, Asep Japar meminta nomor rekening. "Sok, kirintuntken nomerna."

Pak Andreas menambahkan, "Nanti BPJS dan lainnya kita bantu."

Di era di mana pemimpin sering hadir hanya saat sorotan menyala, Asep Japar memilih hadir lewat layar kecil, namun dengan hati yang besar. Ia tak datang membawa rombongan, tapi membawa kepedulian. Dan di antara sepeda kayuh, kepala bocah yang membengkak, dan tatapan yang bertemu di layar, kita belajar bahwa kemanusiaan tak selalu butuh panggung. Kadang cukup satu salam, satu tanya, dan satu uluran nyata.

Asep Japar dengan Sukabumi Muabrokah terus menjadikan Sukabumi Lebih berkah dengan kepedulian dan berbagi serta denganke iklasan dan kerja keras dalam setiap saatnya.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |