Cheng Li-wun Pimpin Partai Oposisi Taiwan, Fokus Perdamaian dan Kritik Belanja Pertahanan

3 hours ago 2

TAIWAN - Cheng Li-wun dipastikan akan mengambil alih tampuk kepemimpinan partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang (KMT), pada 1 November mendatang. Keputusan ini menandai babak baru bagi partai yang secara tradisional memiliki hubungan hangat dengan Beijing, namun kini dipimpin oleh sosok yang kritis terhadap anggaran pertahanan tinggi dan memiliki visi perdamaian dengan Tiongkok.

Dalam pemungutan suara yang digelar pada hari Sabtu, para anggota KMT menjatuhkan pilihan mereka kepada mantan anggota parlemen berusia 55 tahun ini sebagai ketua partai. Cheng berhasil mengungguli mantan Walikota Taipei, Hau Lung-bin, beserta empat kandidat lainnya. Ia akan resmi menjabat pada tanggal 1 November.

Terpilihnya Cheng, yang kerap menyuarakan kekhawatiran agar Taiwan tidak menjadi 'tumbal geopolitik', membawa implikasi mendalam bagi lanskap politik domestik Taiwan. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan militer dan politik dengan Tiongkok.

Meskipun KMT tidak mengendalikan kursi kepresidenan, partai ini bersama sekutunya, Taiwan People’s Party yang lebih kecil, menguasai mayoritas kursi di legislatif. Posisi ini berpotensi menyulitkan partai berkuasa, Democratic Progressive Party (DPP), dalam mengesahkan anggaran dan legislasi yang diajukan.

Menyayikan pidato di markas partai di Taipei, Cheng menegaskan komitmennya. "Di bawah kepemimpinan saya, KMT akan menjadi pencipta perdamaian regional, " ujarnya dengan penuh keyakinan. "KMT akan menjadikan rumah kita sebagai tempat berlindung terkuat bagi setiap orang dari badai kehidupan. Karena kita akan menjaga perdamaian di Selat Taiwan." Ia menambahkan dengan tegas, "Kita tidak boleh membiarkan Taiwan menjadi pembuat onar."

Cheng, yang memulai karier politiknya di DPP, sebelumnya telah menyatakan ketidaksetujuannya terhadap peningkatan anggaran pertahanan. Kebijakan ini merupakan salah satu pilar utama pemerintahan Presiden William Lai Ching-te dan mendapat dukungan kuat dari Amerika Serikat.

Dalam persaingannya, Cheng yang berusia 55 tahun berhasil mengalahkan kandidat dari kubu mapan, Hau Lung-bin yang berusia 73 tahun, dengan perolehan lebih dari 50 persen suara. Namun, tingkat partisipasi anggota partai tercatat kurang dari 40 persen.

Di tengah euforia kemenangan Cheng, muncul tudingan adanya campur tangan Tiongkok dalam pemilihan ini. Tuduhan tersebut dilayangkan oleh pendukung utama Hau, Jaw Shau-kong, yang merupakan kandidat wakil presiden KMT tahun lalu. Jaw mengklaim adanya penyebaran disinformasi melalui akun media sosial yang menargetkan Hau.

Kepala Biro Keamanan Nasional Taiwan, Tsai Ming-yen, mengonfirmasi temuan lebih dari seribu video terkait pemilihan di TikTok, serta 23 akun YouTube yang memposting konten serupa, dengan lebih dari separuh akun YouTube tersebut berbasis di luar Taiwan. Ia tidak merinci kandidat yang didukung oleh konten-konten tersebut maupun secara langsung mengaitkannya dengan Tiongkok.

Juru bicara DPP, Wu Cheng, menyatakan bahwa campur tangan Tiongkok sangat jelas dan KMT harus waspada. Ia berharap ketua partai yang baru akan memprioritaskan keselamatan Taiwan di atas kepentingan partai. Namun, Cheng dengan tegas menolak tudingan tersebut sebagai "label murahan".

Pihak Beijing sendiri menyatakan bahwa pemilihan tersebut adalah urusan internal KMT, dan beberapa komentar daring dari pengguna internet di daratan Tiongkok tidak mewakili sikap resmi. (PERS

Read Entire Article
Karya | Politics | | |