Dari Krisis Jadi Konglomerat, Kisah Inspiratif Aloke Lohia

8 hours ago 5

WIRAUSAHA - Kisah sukses seringkali lahir dari tantangan yang tak terduga. Alih-alih menghindar, justru dengan berani menghadapi badai krisis, seseorang mampu meraih kesuksesan luar biasa. Inilah yang terjadi pada Aloke Lohia, seorang pengusaha kelahiran India yang kini menjadi salah satu orang terkaya di Thailand.

Forbes mencatat total kekayaannya mencapai US$1, 5 miliar atau setara Rp24, 3 triliun (Kurs Rp16.216 per dolar AS), menempatkannya sebagai orang terkaya nomor 17 di Thailand.

Aloke Lohia lahir di Kalkuta, India, pada tahun 1958. Ayahnya, Mohan Lal Lohia, adalah seorang pengusaha terkemuka dan pendiri Indorama Corporation serta Lohia Foundation. Kakaknya, Sri Prakash Lohia, adalah orang terkaya nomor 6 di Indonesia. Sejak kecil, Aloke telah terpapar dengan dunia bisnis. Pengalaman hidup berpindah-pindah negara bersama sang ayah, memberinya wawasan global yang berharga.

“Ayah saya tinggal di sembilan negara selama 1950-an hingga 1970-an, dan ia mengalami kesulitan yang nyata pada masa itu, ” katanya seperti dikutip dari masalathai.

Keluarga Lohia akhirnya menetap di Indonesia pada tahun 1972, tempat Mohan Lal Lohia mendirikan Indorama, perusahaan yang kelak menjadi produsen bahan baku tekstil terbesar di Indonesia. Indorama, gabungan dari kata Indo (Indonesia) dan Rama (dewa mitologi India), sempat mengalami masa sulit di awal pendiriannya. Namun, berkat kerja keras dan strategi yang tepat, perusahaan ini mampu berkembang pesat.

Setelah meraih gelar Sarjana Perdagangan dari Universitas Delhi dan gelar Doktor Kehormatan Administrasi Bisnis dari Universitas Teknologi Rajamangala Krungthep di Thailand, Aloke bergabung dengan Indorama pada tahun 1978. Ia menjabat sebagai direktur keuangan dari tahun 1979 hingga 1987. Pada akhir 1980-an, Mohan Lal Lohia membagi kerajaan bisnisnya untuk mencegah konflik keluarga di masa depan. Aloke ditugaskan ke Thailand.

Pada tahun 1988, ayahnya menerima telepon dari seorang teman yang ingin mendirikan pabrik kimia di Thailand dan membutuhkan mitra dengan modal. Aloke dikirim untuk mengevaluasi peluang tersebut. Bahan kimia yang ingin diproduksi adalah alkohol furfuraldehida, yang terbuat dari tongkol jagung dan digunakan dalam industri farmasi dan pengecoran baja.

Meskipun asing dengan industri ini, Aloke berani mengambil risiko. Ia melihat potensi Thailand sebagai lokasi yang efisien untuk memproduksi bahan kimia khusus, berkat sumber daya pertanian dan minyak dan gasnya yang melimpah. Dengan modal US$5 juta dari ayahnya, Aloke pindah ke Bangkok dan membangun pabrik tersebut, yang kemudian menjadi salah satu produsen bahan kimia terbesar di dunia.

Pada tahun 1994, Aloke melebarkan sayap bisnisnya dengan mendirikan Indorama Holdings, sebuah pabrik benang wol. Setahun kemudian, ia mendirikan perusahaan produsen PET (Polyethylene Terephthalate) pertama di Thailand, menyadari tingginya permintaan dan terbatasnya pasokan bahan yang digunakan dalam industri pengemasan ini.

Indorama Ventures terus berkembang hingga menjadi perusahaan PET terbesar di dunia dengan pendapatan sebesar US$7, 5 miliar pada tahun 2013. Perusahaan ini memasok bahan PET ke perusahaan global terkemuka seperti Coca-Cola, Pepsi, dan Johnson & Johnson.

Seiring berjalannya waktu, Lohia terus mengembangkan perusahaannya hingga mencakup 46 operasi di 18 negara di seluruh dunia.

Kesuksesan Aloke tak lepas dari prinsip kehati-hatian dan terukur dalam setiap keputusan. Ia selalu berinvestasi kembali ke dalam bisnis dan tidak takut menghadapi krisis. Baginya, krisis adalah pelajaran berharga untuk beradaptasi dan melakukan diversifikasi.

“Keluarga saya di Indonesia memang membantu mendukung keuangan perusahaan dalam 5-7 tahun pertama, tapi kami sepenuhnya membiayai sendiri sejak 1995. Dengan setiap dolar yang kami hasilkan diinvestasikan kembali ke dalam bisnis. Pada tahun-tahun awal tersebut, kami berhati-hati dan terukur karena memang harus demikian, ” katanya.

Krisis Tom Yum Kung pada tahun 1997, epidemi SARS, Krisis Keuangan 2008, dan pandemi COVID-19, adalah beberapa tantangan yang berhasil diatasi Aloke dan perusahaannya. Setiap krisis mengajarkan Aloke dan perusahaannya untuk beradaptasi.

“Krisis Tom Yum Kung, misalnya, mengajarkan kami untuk tidak menaruh semua telur dalam satu keranjang, dan hal itu mendorong kami untuk melakukan diversifikasi dan merambah pasar luar negeri, yang membuka jalan bagi jangkauan global kami, ” katanya.

Berkat prinsip dan strategi bisnis yang matang, Indorama Ventures menjadi perusahaan senilai US$20 miliar pada tahun 2022. Kisah Aloke Lohia adalah bukti bahwa keberanian menghadapi krisis dapat menjadi kunci menuju kesuksesan gemilang. (Wirausaha.co.id)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |