Pegunungan Bintang - Aksi kekerasan kembali mencoreng wajah kemanusiaan di Tanah Papua. Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XV Ngalum Kupel pimpinan Lamek Alipky Taplo dilaporkan melakukan serangan brutal terhadap tempat penampungan warga di wilayah Pegunungan Bintang, yang mengakibatkan sejumlah korban luka dan kerusakan fasilitas pengungsian. Selasa (14/10/2025).
Dalam insiden berdarah tersebut, seorang mama Papua bernama Martha Wenda menjadi korban luka tembak di bagian kaki akibat peluru nyasar. Sementara itu, tenda serta perlengkapan pengungsian yang disiapkan pemerintah untuk warga setempat hancur berantakan. Warga yang selamat pun terpaksa mengungsi ke daerah yang lebih aman demi menyelamatkan diri.
Suasana panik dan ketakutan menyelimuti lokasi kejadian. Anak-anak dan perempuan berlarian mencari perlindungan di tengah kobaran api dan suara tembakan yang menggema di lembah pegunungan.
Aksi kekerasan tersebut mendapat kecaman keras dari berbagai tokoh masyarakat Papua.
Yulianus Tabuni, salah satu tokoh masyarakat di wilayah pegunungan, menilai tindakan Lamek Taplo dan kelompoknya telah jauh menyimpang dari nilai-nilai perjuangan.
“Ini bukan perjuangan. Ini kejahatan terhadap rakyat sendiri. Mama-mama yang tidak bersalah, yang hanya ingin hidup tenang, malah jadi korban. OPM Kodap XV harus berhenti menebar ketakutan, ” tegas Yulianus di Wamena.
Senada dengan itu, Pendeta Markus Murib, tokoh gereja di Pegunungan Tengah, menilai bahwa aksi bersenjata terhadap warga sipil adalah bentuk kehilangan arah moral dan kemanusiaan.
“Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk menghancurkan sesama, apalagi menembak ibu-ibu yang tidak punya daya. Ini dosa besar. Kami terus berdoa agar masyarakat Papua terlepas dari kekerasan seperti ini, ” ujarnya.
Gelombang kekerasan yang terus berulang membuat masyarakat Papua semakin jenuh.
Yulianus Tabuni menegaskan bahwa rakyat kini hanya ingin hidup tenang, bekerja, dan melihat anak-anak mereka bisa bersekolah tanpa rasa takut.
“Kami ingin hidup aman. Kami ingin anak-anak sekolah, bukan terus bersembunyi di hutan karena takut ditembak, ” katanya penuh harap.
Masyarakat pun mendesak pemerintah pusat dan aparat keamanan untuk memperkuat perlindungan bagi warga sipil, serta menindak tegas kelompok bersenjata yang terus merusak kedamaian di Bumi Cenderawasih.
Kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Lamek Alipky Taplo menambah daftar panjang penderitaan warga di pedalaman Papua. Serangan terhadap mama-mama dan pengungsian tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga trauma mendalam bagi masyarakat.
Dalam situasi ini, seluruh elemen bangsa diingatkan bahwa perdamaian Papua tidak akan pernah terwujud melalui peluru dan kebencian, melainkan lewat kasih, dialog, dan perlindungan terhadap rakyat kecil yang selama ini menjadi korban paling menderita.
(APK/ Redaksi (JIS)