JAKARTA - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia baru-baru ini mengukir jejak penting dalam diplomasi maritim global. Sebanyak puluhan pelaut dari 13 negara di Afrika Barat dan Tengah mendapatkan pelatihan intensif, sebuah langkah strategis yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.
Kepala BPSDMP Kemenhub, Djarot Tri Wardhonop, menegaskan bahwa inisiatif ini adalah manifestasi nyata dari komitmen Indonesia dalam skema Triangular Cooperation yang telah disepakati bersama dalam forum International Maritime Organization (IMO).
"Jadi sebetulnya ini tujuannya untuk memperkuat peran kita di dunia internasional. Kemudian kita juga sebagai mitra International Maritime Organization. Dan sebetulnya ini juga menjadikan peran kita mencari dukungan untuk lobi-lobi di dalam IMO tersendiri, " ujar Djarot di Jakarta, Jumat (17/10/2025).
Program pelatihan yang dirancang secara cermat ini mencakup Training of Trainers (ToT) dan Training of Examiners (ToE), semuanya mengacu pada standar ketat IMO. Tujuannya jelas: membekali para pengajar dan penguji profesional yang kelak akan berkontribusi pada sektor maritim global.
Negara-negara anggota Maritime Organization of West and Central Africa (MOWCA) yang berpartisipasi dalam program prestisius ini antara lain Ghana, Guinea Bissau, Sierra Leone, Nigeria, Kamerun, Angola, Congo Brazaville, Gabon, Liberia, dan Senegal. Total 84 peserta terpilih telah mengikuti pelatihan ini dengan antusias.
Dukungan finansial untuk dua gelombang pelatihan yang dijadwalkan sepanjang tahun 2025 ini datang dari Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) Kementerian Keuangan, dengan total anggaran mencapai Rp18, 2 miliar. "Kami bekerja sama dengan LDKPI, saya mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Keuangan yang sudah mempercayai dananya kepada kami untuk melatih rekan-rekan kita dari Afrika Barat maupun Afrika Tengah, " tutur Djarot, menunjukkan apresiasinya.
Lebih dari sekadar peningkatan kapasitas teknis, langkah ini merupakan strategi jitu untuk memperluas jejaring diplomasi Indonesia. Dengan adanya dukungan dari negara-negara Afrika, posisi Indonesia sebagai anggota Dewan IMO kategori C diharapkan semakin kokoh.
Pelatihan ini tidak hanya memperkuat kerja sama teknis, tetapi juga membuka pintu lebar bagi peluang bisnis baru. Industri pelayaran dan teknologi maritim Indonesia berpotensi besar untuk merambah pasar di kawasan Afrika.
"Nah apa manfaatnya bagi kita? Jadi tentunya kita memberikan suatu political engagement terhadap negara-negara di Afrika sehingga kita juga memiliki kekuatan di IMO dari dukungan negara-negara di Afrika tersebut, " jelas Djarot.
Djarot berharap kesuksesan program pelatihan ini akan menjadi fondasi penting bagi Indonesia untuk memimpin kolaborasi pengembangan SDM maritim dunia. Ia juga optimis ini akan memperkuat peran strategis Indonesia dalam forum-forum internasional seperti IMO.
"Secara manfaat ekonomi juga meningkatkan eksistensi kita sebagai anggota IMO dimana kita juga memperkuat sumber daya manusia di bidang maritim. Kemudian juga eksistensi terhadap kompetensi kita (diakui) dalam mendidik pelaut maupun orang-orang yang bekerja di bidang maritim, " pungkas Djarot, menekankan dampak ganda dari inisiatif ini. (PERS)