JAKARTA - Harapan besar tersemat pada langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk memberantas praktik impor ilegal. Dukungan penuh datang dari Wakil Ketua Komisi VII DPR, Chusnunia, yang melihat langkah ini krusial untuk kebangkitan industri tekstil dalam negeri. Baginya, Indonesia dengan potensi pasar yang luar biasa, tak seharusnya didominasi oleh produk-produk asing.
"Kita tentunya harus bersama-sama memperkuat tumbuhnya industri lokal agar dapat melawan praktik dominasi produk-produk asing, ” ujar Chusnunia dalam siaran pers resmi yang diterima Antara, Kamis.
Desakan serupa juga datang dari kalangan pengusaha industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Mereka mendesak pemerintah untuk segera menindak tegas penyelundupan barang ilegal yang diperkirakan mencapai 28.000 kontainer per tahunnya. Data dari tradmap.org mengungkap fakta mengejutkan: importasi TPT dari China senilai US$1, 5-2 miliar setiap tahunnya tidak tercatat di Bea Cukai, jumlah fantastis yang setara dengan ribuan kontainer barang ilegal.
Melihat kondisi ini, Chusnunia sangat berharap pemerintah mengambil langkah strategis agar pasar domestik lebih didominasi oleh produk buatan pelaku usaha dalam negeri. Salah satu bentuk dukungan nyata pemerintah yang disorot Chusnunia adalah kemudahan akses permodalan.
Ia mencontohkan kebijakan Menteri Keuangan Purbaya yang telah menyalurkan dana Rp200 triliun ke himpunan bank milik negara (himbara). Dana ini diharapkan dapat diakses oleh masyarakat untuk mengembangkan usaha.
"Langkah Menkeu mengguyur likuiditas ke bank-bank himbara senilai Rp 200 triliun diharapkan akan mendorong penurunan suku bunga kredit, sehingga aktivitas sektor riil menjadi lebih berkembang dan ekonomi tumbuh tinggi, ” ujarnya.
Namun, di tengah optimisme penguatan industri tekstil lokal, Chusnunia mengingatkan agar isu lingkungan hidup tidak terabaikan. Ia menekankan pentingnya antisipasi terhadap potensi masalah lingkungan yang mungkin timbul dari aktivitas industri tekstil.
“Seperti kita ketahui bersama industri tekstil sendiri merupakan salah satu industri yang berpotensi mencemarkan lingkungan, ” katanya. (PERS)








































