Dr. Rahmat Muhammad: Pejabat Kampus Cukup Satu Periode

1 month ago 17

MAKASSAR — Isu regenerasi kepemimpinan akademik menjadi sorotan utama dalam forum Dialog Alumni Lintas Generasi: Unhas Kita – Dulu, Kini, dan Akan Datang, Sabtu malam (25/10/2025) di Kopi Aspirasi, Jalan AP Pettarani, Makassar.

Sosiolog Unhas dan mantan Wakil Dekan III FISIP, Dr. Rahmat Muhammad, M.Si, menegaskan bahwa jabatan tambahan seperti Ketua atau Sekretaris Departemen, Dekan, Wakil Dekan, Rektor, atau Wakil Rektor sebaiknya dibatasi satu periode saja.

“Dalam dunia akademik, regenerasi kepemimpinan harus dilakukan secara rutin. Dari 2.500-an dosen di Unhas, semua seharusnya mendapat kesempatan mengenyam pengalaman memimpin, ” ujarnya.

Rahmat menilai, pembatasan masa jabatan tidak hanya soal peluang individu, tetapi juga soal efektivitas organisasi dan kreativitas akademik.

“Kalau terlalu lama, kepemimpinan stagnan dan potensi besar dosen lain terbuang sia-sia, ” tambahnya.

Dorongan untuk Bersaing di Tingkat Nasional

Menurut Rahmat, Unhas yang merupakan kampus terbesar di Indonesia Timur harus mampu mendorong potensi terbaiknya keluar kampus, agar dosen-dosen berkualitas dapat tampil sebagai tokoh nasional, termasuk menjadi rektor.

“Kalau memang berpotensi, jangan disimpan di kampus saja. Dorong mereka tampil di level nasional, ” tegasnya.

Pandangan Rahmat ini mendapat sambutan dari alumni yang hadir, termasuk Ni’matullah, alumni Fakultas Ekonomi dan Ketua Senat Mahasiswa pada masanya, yang menyoroti perlunya kampus berkontribusi nyata terhadap kemajuan Sulawesi Selatan.

“Unhas-lah yang paling bertanggung jawab untuk Sulsel. Banyak alumni kita jadi gubernur, ketua DPRD, bupati, wali kota. Tapi kontribusi nyata Unhas bagi daerah masih belum maksimal, ” kata Ni'matullah.

Krisis Kepemimpinan Akademik

Alumni senior lain, seperti Abdul Madjid Sallatu, menyoroti hilangnya academic organizational leadership di Unhas, yang menurutnya lebih banyak digantikan oleh personal leadership tanpa dampak luas bagi masyarakat.

“Perangkingan universitas dan beban administratif dosen justru membunuh kreativitas dan mengerdilkan ruang akademik, ” tegas Madjid.

Dosen Ilmu Komunikasi, Dr. Hasrullah, M.Si, menambahkan bahwa lemahnya literasi mahasiswa dan civitas akademika semakin memperburuk kualitas akademik.

“Kalau budaya membaca dan menulis tidak diperkuat, ini alarm bahaya bagi dunia akademik, ” ujarnya, sambil mengenang era kepemimpinan Prof. Ahmad Amiruddin yang kerap menggelar forum diskusi dosen untuk melahirkan gagasan besar.

Mengenang Kepemimpinan Ideal

Para narasumber sepakat bahwa masa kepemimpinan Prof. Ahmad Amiruddin adalah contoh kepemimpinan akademik terbaik di Unhas.

“Beliau bukan hanya pemimpin kampus, tapi pemimpin peradaban, ” kata Rahmat.

Forum yang berlangsung hingga pukul 23.00 WITA itu menjadi ruang refleksi lintas generasi yang sarat kritik sekaligus rekomendasi, diantaranya membatasi masa jabatan pejabat kampus, memperkuat literasi, dan mendorong regenerasi kepemimpinan adalah kunci agar Unhas tetap relevan bagi Sulawesi Selatan dan kawasan timur Indonesia. (*)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |