BATU – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq menegaskan bahwa setiap kepala sekolah di Indonesia memegang peran vital sebagai arsitek pembelajaran. Tugas utama mereka adalah merancang dan membangun budaya belajar yang senantiasa beradaptasi dengan dinamika zaman.
Pernyataan ini disampaikan Wamen Fajar saat membuka Pelatihan Tahap III Bakal Calon Kepala Sekolah se-Provinsi Jawa Timur di Batu, Jawa Timur, pada Sabtu (10/10/2025) lalu. Ia menekankan bahwa kehebatan sebuah sekolah tidak semata-mata diukur dari kecanggihan teknologinya, melainkan dari kemampuan warganya untuk cepat belajar dan berani melakukan perubahan.
"Sekolah yang hebat bukan karena teknologinya yang canggih, tapi karena warganya cepat belajar dan mau berubah. Kepala sekolah adalah penggerak utama budaya itu, ” ujar Wamen Fajar.
Lebih lanjut, Wamen Fajar menggarisbawahi pentingnya kepemimpinan yang berkarakter. Seorang kepala sekolah ideal tidak hanya bertugas mengatur, tetapi juga mampu menginspirasi dan menyemai semangat belajar di seluruh lingkungan sekolahnya. Ia harus bisa menyeimbangkan tiga fungsi utama: memberi arah yang jelas (directive-instructive), mentransformasi cara berpikir guru dan siswa (transformative), serta membimbing dan memberdayakan seluruh elemen sekolah (distributive).
Alumnus program doktoral Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan Universitas Gajah Mada (UGM) ini menggambarkan sekolah yang ideal sebagai sebuah 'organisasi pembelajar'. Di tempat ini, seluruh komponen sekolah, mulai dari guru hingga siswa, saling tumbuh dan belajar bersama.
Ia mengutip lima prinsip organisasi pembelajar dari Peter Senge sebagai kunci utama yang perlu dihidupkan di setiap sekolah: penguasaan diri (personal mastery), pola pikir (mental model), visi bersama (shared vision), pembelajaran tim (team learning), dan berpikir sistemik (system thinking).
“Ada lima prinsip organisasi pembelajar dari Peter Senge yaitu personal mastery (penguasaan diri), mental model (pola pikir), shared vision (visi bersama), team learning (pembelajaran tim), dan system thinking (berpikir sistemik). Kelimanya menjadi kunci yang perlu dihidupkan di setiap sekolah, ” jelasnya.
Dengan mengaplikasikan kelima prinsip tersebut, Wamen Fajar meyakini sekolah akan bertransformasi menjadi ekosistem yang dinamis, di mana guru dan murid secara simultan belajar, saling memperkuat, dan terus berkembang.
Dalam kesempatan yang sama, Wamen Fajar juga memaparkan arah kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah di bawah kepemimpinan Menteri Abdul Mu’ti. Fokus utamanya adalah memperkuat ekosistem pembelajaran yang mendalam, termasuk melalui inisiatif Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Gerakan ini dirancang untuk menumbuhkan karakter positif dan motivasi belajar siswa, sekaligus memperkokoh peran kepala sekolah dalam membangun budaya belajar yang berkelanjutan.
“Negara maju bukan hanya karena infrastrukturnya, melainkan juga karena dua etos, yaitu etos belajar sepanjang hayat dan etos belajar cepat. Dua etos itu lahir dari sekolah-sekolah yang punya pemimpin yang mau terus belajar, ” pungkasnya. (PERS)