Haji Isam, Dari Tukang Ojek Jadi Miliarder Batu Bara Kalimantan

7 hours ago 4

PROFIL - Siapa sangka, di balik gemerlap kekayaan dan julukan crazy rich Kalimantan yang melekat pada Andi Syamsudin Arsyad, atau yang lebih dikenal sebagai Haji Isam, tersimpan kisah perjuangan hidup yang luar biasa. Sebelum menjadi raja batu bara dengan kerajaan bisnis menggurita, ia pernah merasakan kerasnya hidup sebagai tukang ojek dan operator alat berat.

Andi Syamsuddin Arsyad bin Andi Arsyad lahir di Batulicin, Kalimantan Selatan, pada tahun 1977. Meski lahir di Kalimantan, darah Bugis mengalir dalam dirinya. Orang tuanya berasal dari sebuah desa di Bone, Sulawesi Selatan, membawa serta tradisi dan semangat merantau yang kuat.

Ayah Haji Isam adalah seorang pedagang tembakau yang mencoba peruntungan di tanah Kalimantan. Namun, Haji Isam memulai kariernya dari bawah, menjadi seorang sopir pengangkut kayu. Pekerjaan ini membawanya bertemu dengan Johan Maulana, seorang penambang batu bara lokal yang membuka jalan baginya.

Sejak tahun 2001, Haji Isam bergabung dengan Johan Maulana dan mulai mempelajari seluk-beluk bisnis pertambangan. Dua tahun berguru pada Johan, ia memberanikan diri untuk terjun langsung ke bisnis batu bara yang kelak mengubah jalan hidupnya.

“Pada 2003 Pak Johan meminjami saya modal menyewa alat berat tambang, ” aku Haji Isam kepada Tempo.

Dengan modal tersebut, Haji Isam menjadi kontraktor pelaksana di PT Arutmin Indonesia, yang merupakan bagian dari PT Bumi Resources Tbk milik keluarga Bakrie, melalui bendera CV Jhonlin Baratama. Seiring dengan perkembangan bisnisnya, CV tersebut bertransformasi menjadi PT Jhonlin Baratama.

Kini, PT Jhonlin Baratama mampu menambang hingga 400 ribu ton batu bara per bulan, dengan omzet mencapai sekitar Rp 40 miliar. Kekayaan Haji Isam pun ditaksir telah menembus angka triliunan rupiah.

Kerajaan bisnis Haji Isam terus berkembang pesat. Di sektor penerbangan, ia memiliki Jhonlin Air Transport yang mengoperasikan dua pesawat Fokker dan dua helikopter. Di bidang perkapalan, Jhonlin Marine memiliki armada 16 kapal tongkang pengangkut batu bara. Di sektor agrobisnis, Jhonlin Agromandiri mengelola perkebunan kelapa sawit. Bahkan, ia memiliki pabrik biodiesel bernilai Rp 2 triliun yang dikelola oleh Jhonlin Agro Raya Tbk.

Haji Isam juga menjalin hubungan bisnis dengan Ketua MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet.

“Saya berteman dengan Haji Isam dan merintis bersama sejak 2003, ” kata Bamsoet seperti dikutip dari Tempo (22/01/2018).

Mereka berkolaborasi dalam PT Kodeco Timber, yang memegang Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Hak Pengusahaan Hutan (HPH).

Koran Tempo pernah memberitakan bahwa Kodeco melaporkan lubang tambang garapan juragan batu bara lain yang dianggap ilegal kepada pihak berwajib, dan setelahnya Jhonlin masuk ke area tambang tersebut.

Ekspansi bisnis Haji Isam terus berlanjut, merambah hingga ke industri gula. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat meninjau lokasi panen tebu sekaligus meresmikan pabrik gula milik Haji Isam di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, pada akhir tahun 2020.

Jokowi mengapresiasi investasi yang berani dalam membuka kebun tebu dan pabrik gula terintegrasi tersebut.

Pabrik dengan kapasitas produksi yang tergolong besar di Indonesia tersebut dioperasikan oleh PT Prima Alam Gemilang, yang merupakan anak usaha Jhonlin Group milik Haji Isam.

“Ini adalah sebuah keberanian. Keberanian membuka sebuah investasi dan usaha di tempat ini. Ini yang harus kita apresiasi dan hargai. Dimulai tiga tahun lalu dan sekarang selesai dan sudah berproduksi, ” kata Jokowi.

Kini, bukan hanya Haji Isam yang menjadi sorotan, tetapi juga anak-anaknya yang masih muda, yang kerap menjadi pemberitaan karena menduduki posisi komisaris di berbagai perusahaan meskipun usianya belum genap 30 tahun. Sebuah potret dinasti bisnis yang terus berkembang di bawah bendera Jhonlin Group. (Investment.co.id)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |