Herman: Saatnya Petani Pangkep Menatap Langit dengan Ilmu, Bukan Sekadar Kebiasaan

2 hours ago 1

PANGKEP SULSEL - Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), pertanian masih menjadi nadi kehidupan banyak masyarakat, terutama di wilayah daratan seperti Minasatene, Bungoro, Balocci hingga Segeri. Namun, di tengah perubahan iklim yang tidak lagi bisa diprediksi hanya dengan pengalaman turun-temurun, masih banyak petani yang bertumpu pada cara lama dalam menentukan waktu tanam. Kebiasaan menunggu tanda alam tanpa didukung data dan informasi cuaca modern sering membuat jadwal tanam menjadi terlambat dan berisiko pada turunnya produktivitas.

Perubahan pola musim kini semakin nyata. Hujan yang biasanya turun pada periode tertentu bisa mundur, datang lebih awal, atau turun secara tidak teratur. Begitu pula musim kemarau, semakin sulit ditebak kapan mulai dan akhirnya. Ketidakpastian ini menjadi tantangan nyata bagi petani yang menggantungkan hasil hidup dari sawah. Ketika pola lama dipaksakan pada situasi iklim yang baru, kerugian tak terhindarkan: benih gagal tumbuh, lahan tergenang mendadak, atau tanaman kekurangan air di saat genting.

Padahal, pemerintah telah menyediakan banyak sumber informasi iklim dan cuaca yang bisa diakses secara gratis. BMKG, aplikasi cuaca, hingga penyuluh pertanian siap membantu petani menentukan waktu tanam yang tepat. Namun, tantangan terbesar bukan terletak pada ketersediaan informasi, melainkan kemauan untuk beradaptasi. Banyak petani masih ragu, atau bahkan enggan mencoba menggunakan data digital, karena merasa metode lama sudah cukup. Padahal kenyataannya, kondisi alam telah berubah cepat.

Sudah saatnya kita menyadari bahwa pertanian masa kini memerlukan kombinasi antara pengalaman lapangan dan informasi ilmiah. Kearifan lokal tetap penting, namun tanpa dukungan teknologi, kearifan itu bisa menjadi tidak efektif. Petani Pangkep sejatinya memiliki potensi besar menjadi pelopor pertanian adaptif berbasis data, apalagi dengan semakin meluasnya jaringan komunikasi, penggunaan smartphone, dan dukungan pemerintah desa dalam peningkatan kapasitas petani.

Solusi perubahan sebenarnya tidak rumit. Cukup dengan membentuk kelompok informasi cuaca di tingkat dusun atau desa, para petani dapat menerima update cuaca mingguan melalui WhatsApp atau pengumuman kelompok tani. Selain itu, pembuatan kalender tanam berbasis prakiraan musim BMKG harus menjadi referensi bersama. Dengan cara ini, petani tidak lagi bergerak sendiri, melainkan secara serempak dan terencana, sehingga risiko serangan hama dan kegagalan tanam dapat ditekan.

Ketika teknologi sederhana dipadukan dengan gotong royong, pertanian menjadi lebih tangguh. Di beberapa daerah lain di Indonesia, pola tanam yang disusun berdasarkan prediksi cuaca terbukti meningkatkan produktivitas dan mengurangi potensi gagal panen. Jika daerah lain bisa, mengapa Pangkep tidak? Dengan karakter masyarakat yang kuat dalam kebersamaan dan budaya saling membantu, transformasi ini sangat mungkin terjadi.

Namun, perubahan perilaku tidak pernah instan. Diperlukan edukasi yang persisten, penyuluh yang aktif turun ke lapangan, serta tokoh-tokoh tani yang menjadi teladan dalam penerapan pola tanam berbasis data. Demplot (lahan percontohan) menjadi cara nyata untuk menunjukkan bahwa mengikuti prakiraan cuaca bukan sekadar teori, melainkan solusi nyata untuk melindungi hasil panen petani.

Pada akhirnya, tujuan dari semua perubahan ini adalah sederhana: menjaga masa depan petani, menjaga pangan untuk keluarga, dan memperkuat ekonomi desa. Saat petani melek teknologi, bukan hanya hasil panen meningkat, tetapi martabat dan daya saing mereka ikut terangkat. Di era perubahan iklim, pengetahuan adalah pupuk terbaik.

Saatnya petani Pangkep menatap langit bukan hanya dengan naluri, tetapi dengan ilmu. Alam memang guru, tetapi teknologi adalah penerang. Jika keduanya kita rangkai menjadi satu kekuatan, maka sawah-sawah Pangkep akan tetap hijau, panen tetap melimpah, dan harapan para petani tetap tumbuh subur—seperti padi yang berdiri kokoh di musim yang tepat. Semoga perubahan ini dimulai dari kita, hari ini. 

Pangkep 5 Nopember 2025

Herman Djide 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |