IMIP Pelopor Industri Hijau, Dua Perusahaan di Kawasan Terapkan Teknologi Rendah Emisi

3 hours ago 3

IMIP Pelopor Industri Hijau, Dua Perusahaan di Kawasan Terapkan Teknologi Rendah Emisi

IMIP jadi Pelopor Industri Hijau di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah

MOROWALI, Indonesiasatu.id - Pertumbuhan industri pengolahan di kawasan Morowali, Sulawesi Tengah, terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Sejak awal beroperasi dengan tujuan memasok produk bahan baku untuk sektor industri manufaktur, sejumlah perusahaan di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) telah berkomitmen pada prinsip efisiensi. Melalui inisiatif recovery yang mengolah dan memanfaatkan kembali material sisa produksi, perusahaan-perusahaan ini turut berkontribusi dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
 
Dua perusahaan yang menjadi pelopor dalam penerapan prinsip efisiensi dan ramah lingkungan ini adalah PT Hua Chin Aluminium Indonesia (HCAI), produsen aluminium, dan PT Risun Wei Shan Indonesia, yang fokus pada produksi kokas.
 
Di PT HCAI, teknologi pengolahan aluminium dirancang secara terintegrasi dengan sistem recovery material emisi gas buang. Teknologi ini diadopsi dari Tiongkok, yang telah teruji kapasitas dan kualitasnya, serta dipastikan menggunakan konsep dan model teknologi terkini. Dengan penerapan teknologi ini, PT HCAI mampu meminimalisasi zat toksik dari limbah gas sisa produksi.
 
Liu Hong, Supervisor bagian Pemurnian PT HCAI, menjelaskan bahwa bahan baku pembuatan aluminium di HCAI adalah bubuk alumina (aluminium oksida/Al2O3). Dalam proses pengolahan, bubuk alumina yang telah melalui peleburan menghasilkan energi panas dan emisi gas buang. Alih-alih langsung dilepaskan, gas buang ini terlebih dahulu diproses melalui pemurnian yang disebut dry-scrubbing.
 
Bayu Yuda Andika, Supervisor Environmental PT HCAI, menambahkan bahwa emisi gas buang tidak langsung dibuang melalui cerobong karena masih mengandung senyawa ion hidrogen fluorida yang dibutuhkan oleh HCAI.
 
Proses pemulihan emisi gas buang ini memanfaatkan teknologi instalasi pemurnian untuk mengambil kembali energi panas dan senyawa hidrogen fluorida (HF) dari emisi gas buang untuk digunakan kembali dalam proses produksi.
 
Emisi gas buang yang telah dimurnikan memiliki kadar polutan yang lebih rendah sebelum dialirkan dan dibuang ke udara melalui cerobong. Bayu merinci bahwa dengan teknologi dry-scrubbing, PT HCAI mampu menekan kadar emisi dari kandungan polutan berbahaya. Pembersihan gas buang ini menghasilkan emisi yang sangat bersih, dengan parameter kadar HF kurang dari 0, 6 mg/Nm3, dan debu kurang dari 3 mg/Nm3.
 
Dari sisi efisiensi produksi, upaya recovery emisi gas buang ini juga menghemat biaya material aluminium florida. Menurut perhitungan Bayu, PT HCAI dapat menghemat biaya hingga dua kali lipat dari anggaran tahunan untuk pasokan aluminium florida yang mencapai 4.204, 9 ton dengan nilai sekitar Rp32, 3 miliar.
 
Ramah Lingkungan dan Efisien
 
Kepatuhan terhadap regulasi menjadi alasan utama bagi pabrik industri pengolahan untuk menerapkan pengolahan kembali limbah gas. Selain itu, PT Risun Wei Shan Indonesia menunjukkan bahwa recovery terhadap gas sintetis coke oven gas (COG) bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, menjalankan keberlanjutan bisnis ramah lingkungan, dan sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan.
 
Eng Han, Wakil Foreman Environmental HSE PT Risun, menjelaskan bahwa pemurnian COG sebagai material sisa produksi kokas dilakukan untuk memulihkan senyawa-senyawa di dalamnya. Dengan memurnikan COG, PT Risun dapat memanfaatkan kembali beberapa senyawa untuk diolah sebagai produk samping, seperti coal tar, sulfur, amonium sulfat, dan benzena mentah. Sebagian di antaranya kemudian diolah menjadi barang setengah jadi sebagai bahan baku industri lain. Eng Han menambahkan bahwa produk setengah jadi hasil pemurnian COG ini juga berpotensi untuk diekspor jika kebutuhan perusahaan dalam negeri telah terpenuhi.
 
Li Jialei, Manajer Emergency Response Management (ERM) PT Risun, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat setidaknya 10 perusahaan di kawasan IMIP yang menggunakan gas COG yang telah dimurnikan oleh PT Risun. Langkah recovery ini juga berkontribusi pada penghematan biaya produksi. Melalui sistem proses produksi kokas yang secara sirkular menyatu dengan pemurnian gas sisa, pola produksi dapat berlangsung efisien dan lebih hemat energi.
 
Penerapan recovery oleh kedua perusahaan ini mencerminkan prinsip ekonomi sirkular untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Selain mengurangi emisi karbon yang berdampak negatif bagi alam, perusahaan mampu mengolah kembali sisa produksi sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi dalam jangka panjang. Strategi ini selaras dengan upaya mewujudkan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), serta peka terhadap kebutuhan rantai ekologi, daur ulang, dan pembangunan hijau di kawasan IMIP. (TAR)

morowali

Read Entire Article
Karya | Politics | | |