Indonesia Lahir dari Semangat Pemuda yang Tidak Menyerah

3 hours ago 1

BANGKA BELITUNG SUMATRA - Setiap tanggal 28 Oktober, Indonesia memperingati hari bersejarah: Hari Sumpah Pemuda. Hari saat anak-anak muda dari berbagai daerah berkumpul untuk menyatukan satu tekad: Satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Bayangkan jika saat itu para pemuda hanya mengeluh:
“Perjuangan terlalu sulit.”
“Kita berbeda suku dan bahasa.”
“Kita kecil di hadapan penjajah  "kata Alvhi Peci", warga Bangka Belitung Sumatra, saat mengenang hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025 dalam tulisannya yang disampaikan kepada meja redaksi Indonesiasatu.Co.Id, Selasa (28/10/2025).

Disampaikannya bahwa, mungkin hari ini kita tidak akan pernah mengenal yang namanya Indonesia jika perjuangan para pemuda kala itu tidak bersatu. Bayangkan mereka menghadapi tekanan hebat, risiko nyawa, dan masa depan yang tak pasti, tapi mereka memilih tidak mengeluh, mereka memilih maju terus, karena mereka tahu, masa depan bangsa ini akan indah jika diperjuangkan.
Pemuda tangguh pantang mengeluh. Pemuda hebat mentalnya kuat. Itulah warisan mentalitas yang seharusnya kita jaga: mental baja pemuda Indonesia yang gagah dan perkasa "katanya".

Menurut Alvhi, zaman sekarang memang berbeda, tetapi tantangannya tidak kalah berat.
Saat ini musuh kita bukan lagi penjajah bersenjata, melainkan rasa malas, pesimis, dan mudah menyerah. Banyak pemuda yang kehilangan arah hanya karena satu kegagalan, banyak yang memilih berhenti hanya karena perjalanan terasa berat.

Padahal, kekuatan pemuda bukan diukur dari seberapa sering dia tersenyum, tetapi seberapa sering dia bangkit setelah terjatuh. Bukan seberapa keras dia berkeluh kesah, tetapi seberapa teguh dia menahan keluhan demi menggapai masa depan.

Hari ini kau mungkin sedang berjuang sendirian, di perantauan, di ruang belajar yang sepi, atau di tengah keraguan yang tak pernah selesai. Tapi sadarilah—Bangsa ini butuh kamu, masa depan negeri ini sedang menunggumu dan ingat sejarah selalu menulis nama mereka yang tidak pernah menyerah  "katanya".

Tambah Alvhi, jika para pemuda tahun 1928 bisa bersatu demi kemerdekaan, maka Pemuda hari ini harusnya bersatu untuk kemajuan. Bukan waktunya mengeluh dan bukan juga waktunya berhenti, bukan waktunya menyerah "ujarnya".(Alvhi Peci) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |