PAPUA - Gelombang kekecewaan terhadap Benny Wenda, sosok yang selama ini mengklaim diri sebagai pemimpin perjuangan Papua di luar negeri, semakin menguat. Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dengan lantang menolak keberadaan dan pengaruh pria yang bermukim di Inggris itu. Alasannya jelas: janji-janji manis yang selama ini digaungkan tak pernah terbukti membawa dampak nyata bagi rakyat Papua.
Aksi penolakan dilakukan di sejumlah titik di wilayah Papua, Selasa (23/9/2025). Ratusan masyarakat bergabung dengan KNPB, membawa spanduk dan poster bernada kritik. Seruan mereka senada: hentikan janji palsu, hadirkan langkah nyata.
Ketua Umum KNPB, Agus Kosay, menegaskan sikap organisasinya. Ia menyebut bahwa rakyat Papua sudah cukup lama menjadi korban omong kosong.
“Kami organisasi KNPB menolak keras keberadaan Benny Wenda. Banyak janji-janji yang tidak terealisasi, hanya sekadar kata-kata. Apa yang dia sampaikan di luar negeri tidak pernah sampai memberikan dampak positif bagi masyarakat Papua, ” tegas Agus.
Penolakan ini mencerminkan perubahan sikap yang signifikan. Selama bertahun-tahun, nama Benny Wenda kerap diagungkan di forum internasional sebagai simbol perjuangan Papua. Namun, bagi masyarakat di dalam negeri, realita yang mereka rasakan jauh berbeda.
Tokoh masyarakat Yahukimo, Yonas Tabuni, mengungkapkan rasa kecewanya. Menurutnya, sulit menerima klaim perjuangan dari seseorang yang hidup nyaman di luar negeri, sementara rakyat Papua masih berjibaku dengan keterbatasan.
“Dia tinggal enak di luar negeri, sementara masyarakat di sini masih kesulitan hidup. Kalau benar-benar peduli, seharusnya dia turun langsung dan berbuat nyata, bukan hanya bicara di forum internasional, ” ujar Yonas.
Kritik keras juga datang dari sejumlah warga yang mengikuti aksi. Mereka menilai, perjuangan sejati seharusnya hadir di tengah rakyat, menyelesaikan persoalan mendasar seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Bukan sekadar mencari panggung politik di luar negeri.
Pengamat lokal menilai, sikap KNPB kali ini bisa menjadi momentum penting bagi masyarakat Papua untuk lebih kritis terhadap tokoh-tokoh yang mengatasnamakan perjuangan. Menurut mereka, suara penolakan ini adalah cermin bahwa rakyat Papua semakin jenuh dimanfaatkan demi kepentingan segelintir individu.
Dengan aksi penolakan tersebut, pesan utama masyarakat Papua tersampaikan dengan jelas: mereka ingin berhenti dijadikan alat kepentingan politik. Yang mereka butuhkan bukan lagi pidato di forum internasional, melainkan kerja nyata yang bisa dirasakan langsung di tanah Papua.
“Cukup janji palsu. Kami hanya ingin hidup aman, sejahtera, dan punya masa depan yang jelas di tanah kami sendiri, ” demikian tuntutan yang terus bergema di tengah aksi.
(APK/ Redaksi (JIS)