Juma't Berkah, Warung Makan Khas Sunda Mang Ujang, Kang Iwan dan Tim: Kebaikan Itu Sederhana, Tapi Bermakna

5 hours ago 1

Palabuhanratu, Sukabumi — Pagi itu, Jumat yang cerah menyapa Palabuhanratu dengan lalu lintas yang tak pernah benar-benar lengang. Di seberang pom bensin, aroma sate mulai menari di udara, menyatu dengan senyum-senyum hangat dari tim Warung Masakan Khas Sunda Mang Ujang. Namun hari ini bukan sekadar hari biasa. Hari ini, warung sederhana itu menjelma menjadi ruang berkah—tempat cinta dibungkus dalam nasi hangat dan dibagikan kepada mereka yang berjuang di jalanan, Jumat 10 Oktober 2025,

Sopir angkot yang baru saja menepi, pengunjung pasar yang lelah menawar, pengemudi ojek yang menunggu orderan, hingga warga yang sekadar lewat—semua disambut dengan tangan terbuka dan sebungkus nasi penuh rasa. Bukan sekadar lauk dan sambal, tapi juga doa dan harapan yang ikut dibungkus di dalamnya.

“Kami ingin Jumat ini jadi pengingat bahwa kebaikan itu sederhana. Kadang cukup sebungkus nasi, asal dibagikan dengan cinta, ” ujar Kang Iwan, perwakilan Warung Mang Ujang, dengan mata yang berbinar.

Kang Ari, yang turut membagikan nasi bungkus pagi itu, menambahkan bahwa kegiatan ini bukan program besar, melainkan kebiasaan kecil yang tumbuh dari rasa syukur.

“Warung ini bukan cuma tempat makan, tapi tempat saling sapa, tempat cerita, tempat berbagi. Jumat Berkah Mubarokah adalah cara kami menjaga nyala kemanusiaan, ” tuturnya pelan, namun penuh makna.

Di tengah riuh pasar dan deru kendaraan, suasana di depan Warung Mang Ujang terasa berbeda. Ada tawa, ada terima kasih, ada pelukan hangat dari warga yang merasa dihargai. Seorang warga yang melintas dan menerima nasi bungkus berujar, “Jarang ada warung yang ingat kami. Terima kasih, Mang Ujang. Semoga berkahnya terus mengalir.”

Warung Mang Ujang membuktikan bahwa di Palabuhanratu, masakan bukan sekadar urusan dapur. Ia adalah bahasa cinta, bahasa kampung, bahasa yang menyatukan nelayan dan pelajar, pekerja dan ibu rumah tangga, dalam satu meja, satu rasa, satu cerita.

Dan di hari Jumat yang berkah itu, cinta pun dibagikan—tanpa syarat, tanpa pamrih. Hanya sebungkus nasi, tapi cukup untuk menghangatkan hati yang lelah.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |