PANGKEP SULSEL - PT Semen Tonasa bukan sekadar pabrik semen di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Ia adalah simbol kemajuan industri di kawasan Timur Indonesia. Sejak berdirinya, Tonasa telah menjadi denyut ekonomi masyarakat Pangkep, membuka lapangan kerja, dan menumbuhkan sektor-sektor pendukung di sekitarnya. Ketika manajemen masih dipegang langsung dari daerah, arah kebijakan perusahaan terasa lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah setempat.
Kini, setelah pengelolaan manajemen berada di bawah kendali pusat melalui holding Semen Indonesia Group (SIG), dinamika hubungan antara perusahaan dan daerah mengalami perubahan. Meski tujuan holding adalah efisiensi dan daya saing nasional, masyarakat di sekitar pabrik merasakan ada jarak yang kian lebar antara kebijakan pusat dan kebutuhan lokal. Dalam konteks inilah, wacana kemandirian Tonasa menjadi penting untuk dikaji kembali.
Jika PT Semen Tonasa dikelola secara mandiri, keputusan strategis bisa diambil lebih cepat dan tepat sasaran. Manajemen lokal memahami karakter masyarakat, kondisi bahan baku, hingga tantangan logistik di wilayah kepulauan seperti Pangkep. Ketika keputusan tidak harus menunggu restu pusat, respon terhadap perubahan pasar dan kondisi sosial akan jauh lebih gesit.
Dari sisi ekonomi, kemandirian Tonasa berarti memperkuat perputaran uang di daerah. Dana operasional, investasi, hingga pengadaan jasa akan lebih banyak diserap oleh pelaku usaha lokal. Efek berantainya terasa pada peningkatan pendapatan masyarakat, tumbuhnya UMKM, serta bertambahnya daya beli yang berdampak langsung pada kesejahteraan.
Selain itu, manajemen lokal juga memiliki kepekaan sosial yang lebih tinggi. Program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dijalankan Tonasa selama ini telah banyak membantu masyarakat, mulai dari pembangunan sekolah, sarana ibadah, hingga beasiswa pendidikan. Dengan otonomi penuh, program-program ini bisa dirancang lebih tepat sasaran sesuai kondisi riil di lapangan.
Dari sisi ketenagakerjaan, pengelolaan mandiri memberi peluang lebih besar bagi tenaga kerja lokal. Selama ini, banyak generasi muda Pangkep yang memiliki kemampuan teknis dan akademik namun sulit menembus posisi strategis karena kebijakan rekrutmen dan mutasi ditentukan oleh pusat. Jika Tonasa kembali mandiri, SDM lokal bisa lebih diberdayakan untuk menjadi pemimpin di tanah sendiri.
Kemandirian Tonasa juga memperkuat identitas dan kebanggaan daerah. Tonasa bukan hanya merek industri, tetapi juga bagian dari jati diri masyarakat Pangkep. Keberadaannya telah menjadi kebanggaan kolektif — bukti bahwa daerah mampu berdiri sejajar dengan industri besar di Jawa. Jika manajemen dikembalikan ke daerah, semangat ini akan hidup kembali dan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai serta membangun daerahnya.
Selain itu, otonomi manajemen dapat mendorong inovasi dan kolaborasi lokal. Potensi sumber daya alam dan manusia di Sulawesi Selatan sangat besar. Dengan manajemen yang dekat dan adaptif, Tonasa bisa menggandeng perguruan tinggi, lembaga riset, dan komunitas lokal dalam mengembangkan teknologi semen ramah lingkungan atau produk turunan berbasis bahan baku daerah.
Pada akhirnya, kemandirian manajemen bukan sekadar soal siapa yang mengatur, tetapi soal bagaimana memastikan industri besar seperti PT Semen Tonasa tetap menjadi lokomotif pembangunan daerah. Kemandirian adalah bentuk tanggung jawab moral terhadap sejarah panjang Tonasa dan masyarakat Pangkep yang telah menopang keberadaannya selama puluhan tahun. Sudah saatnya suara daerah kembali mendapat ruang dalam menentukan arah masa depan Tonasa — dari Pangkep untuk Indonesia.
Pangkep 24 Oktober 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD ) Jurnalis Nasional Indonesia ( JNI ) Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan









































