Kerusuhan Elelim Ditunggangi OPM: Tiga Warga Tewas, Puluhan Rumah Dibakar

2 hours ago 2

YALIMO - Suasana mencekam menyelimuti Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan, setelah kerusuhan bernuansa isu SARA berujung pada tragedi memilukan. Tidak hanya merenggut tiga nyawa, insiden ini juga memicu kebakaran puluhan rumah dan kios milik warga. Investigasi awal menunjukkan, peristiwa tersebut tidak berdiri sendiri. Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) diduga kuat menunggangi situasi, memanfaatkan ketegangan sosial untuk memperluas provokasi dan memperkeruh keadaan.

Api Amarah yang Menelan Korban

Kerusuhan yang pecah pada 23 September 2025 itu berkembang cepat menjadi aksi anarkis. Massa bertindak brutal dengan merusak, menjarah, lalu membakar lebih dari 30 kios dan rumah warga hingga rata dengan tanah. Dari peristiwa itu, tiga korban meninggal dunia.

Korban pertama, Sadrak Yahame, tewas akibat terkena anak panah yang dilepaskan oleh anggota OPM. Korban kedua, Nasid Daeng Mappa (44), bersama anaknya Arsya Dafa (9), meregang nyawa tragis setelah terjebak di dalam mobil yang ikut dibakar massa. Sementara seorang anak lainnya, Atifa (10), mengalami luka serius di bagian leher akibat sabetan senjata tajam dan kini tengah menjalani perawatan intensif.

Tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban sekaligus menorehkan duka bagi masyarakat Yalimo secara keseluruhan.

Tokoh Masyarakat: OPM Menyusupkan Provokasi

Tokoh masyarakat Yalimo, Pdt. Markus Wenda, menegaskan bahwa kerusuhan tersebut tidak murni lahir dari konflik sosial, melainkan diperkeruh oleh kehadiran OPM yang menyusup dan memanfaatkan isu SARA untuk memperlebar perpecahan.

“Masyarakat kita sebenarnya ingin hidup damai, namun ada pihak-pihak yang sengaja membuat situasi semakin keruh. Kehadiran OPM dalam insiden ini jelas merugikan rakyat, karena mereka menebarkan kebencian yang berujung pada hilangnya nyawa dan harta benda, ” ujar Markus, Rabu (24/9/2025).

Nilai Persaudaraan Papua Dirusak Kekerasan

Senada dengan itu, Ketua Adat Yalimo, Elias Yahuli, mengingatkan bahwa tindak anarkis yang terjadi di Elelim sama sekali tidak mencerminkan budaya asli orang Papua.

“Orang Papua dikenal menjunjung tinggi persaudaraan dan kedamaian. Namun kelompok OPM mencoba memutarbalikkan nilai-nilai itu dengan cara-cara kekerasan. Kami mengutuk keras aksi yang menyebabkan tiga korban jiwa, termasuk anak kecil yang tidak berdosa, ” tegasnya.

Menurut Elias, masyarakat Yalimo harus bersatu menjaga kedamaian dan tidak terjebak dalam provokasi yang sengaja dimainkan kelompok bersenjata demi kepentingan sempit mereka.

Pola Lama OPM: Menunggangi Isu Sensitif

Kerusuhan Elelim menambah daftar panjang strategi OPM dalam memanfaatkan isu sensitif untuk menciptakan instabilitas di Papua. Dengan mengangkat sentimen SARA, kelompok ini berupaya memecah belah masyarakat, merusak harmoni sosial, dan menumbuhkan ketakutan di tengah warga sipil.

Namun fakta di lapangan menunjukkan, masyarakat Papua semakin sadar bahwa kekerasan hanya membawa penderitaan. Suara-suara penolakan terhadap OPM pun makin nyaring terdengar, menegaskan bahwa rakyat menginginkan kedamaian, bukan konflik yang tak berkesudahan.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |