BISNIS - Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, dikenal luas sebagai pengusaha muda yang penuh semangat. Berbagai lini bisnis telah ia jajaki, sebagian besar bergerak di sektor kuliner yang digandrungi masyarakat. Salah satu yang paling ikonik adalah Sang Pisang, yang berhasil mencuri perhatian. Namun, di balik kesuksesan yang tampak, perjalanan bisnis Kaesang ternyata tak selalu dihiasi kemenangan. Beberapa usahanya harus menghadapi kenyataan pahit dan perlahan meredup.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam dunia bisnis, tidak ada jaminan kesuksesan mutlak. Ada kalanya, ide cemerlang dan kerja keras pun harus berhadapan dengan tantangan pasar yang tak terduga. Mari kita telusuri jejak 6 bisnis Kaesang Pangarep yang kini hanya tinggal kenangan.
Goola, bisnis minuman yang berawal dari tangan Gibran Rakabuming Raka, sempat menjadi primadona sejak dibuka pada tahun 2018. Dengan menu andalan Es Diger Jeger yang menawarkan sensasi es doger dalam kemasan praktis, Goola digadang-gadang akan merajai pasar. Namun, peralihan pengelolaan ke tangan Kaesang tampaknya tidak mampu mempertahankan momentumnya. Bukti paling kentara adalah hilangnya akun Instagram resmi bisnis tersebut, @goola_id, yang seakan menjadi penanda akhir perjalanannya.
Tak lama berselang, pada April 2019, Kaesang bersama sang kakak, Gibran Rakabuming Raka, meluncurkan Ternakkopi. Kehadiran bisnis kopi ini bertepatan dengan maraknya gerai kopi baru yang bermunculan. Mengutip laporan dari detikFood, Ternakkopi sempat menuai kesuksesan dengan membuka 7 gerai hanya dalam dua bulan sejak peluncuran. Menawarkan varian kopi kekinian dengan harga terjangkau, bisnis ini sempat ramai pembeli. Sayangnya, badai pandemi COVID-19 menghantam keras. Kaesang sendiri mengungkapkan betapa sulitnya pasca pandemi, "Kemarin sebenarnya sempat sebelum pandemi kita punya hampir 40 outlet, cuma setelah pandemi, ya, hilang semua. Kok, bisa? Enggak laku, " ungkap Kaesang, seperti dikutip dari CNN Indonesia. Keadaan ini membuat Ternakkopi tak mampu bertahan.
Di tengah tren selebritas yang merambah bisnis makanan cepat saji, Kaesang Pangarep pun tak ketinggalan. Ia meluncurkan Siapmas, sebuah lini bisnis yang menyediakan produk Ngedrink dan Kemripik untuk pasar minimarket. Namun, geliat bisnis ini pun tak bertahan lama. Pantauan pada akun Instagram @siapmas menunjukkan unggahan terakhirnya pada 3 Oktober 2020, mengindikasikan bahwa bisnis ini telah terhenti aktivitasnya.
Madhang, sebuah aplikasi inovatif yang digagas Kaesang, bertujuan menjadi jembatan antara ibu-ibu berbakat masak dengan calon pembeli. Harapannya, aplikasi ini dapat memberdayakan para ibu rumah tangga secara finansial. Namun, visi mulia ini tampaknya belum sepenuhnya terwujud. Keberlangsungan aplikasi ini pun terhenti, dengan unggahan terakhir di akun Instagram @madhang.id pada 22 Februari 2020, menandakan perjalanannya yang singkat.
Sebelum terjun ke dunia kuliner yang lebih luas, Kaesang sempat merambah industri fashion melalui clothing line bernama Sang Javas. Bisnis ini menawarkan beragam produk seperti baju, sweater, jaket, hingga tote bag. Namun, jejak digitalnya di Instagram @sangjavas menunjukkan stagnasi aktivitas sejak 17 Agustus 2020. Ketiadaan unggahan baru ini mengindikasikan bahwa Sang Javas juga harus masuk dalam daftar bisnis Kaesang yang belum berhasil bertahan.
Satu lagi lini bisnis kuliner yang sempat digagas Kaesang adalah Yang Ayam. Berbeda dengan ayam goreng pada umumnya, Yang Ayam mengklaim menyajikan menu ayam dengan bumbu tradisional yang meresap sempurna, menghasilkan warna yang lebih gelap. Meski akun Instagram @yangayam masih eksis, tidak adanya pembaruan konten sejak lama menunjukkan bahwa bisnis ini juga tidak lagi aktif beroperasi.
Di luar lini bisnis yang ia kelola langsung, Kaesang Pangarep juga memiliki keterlibatan investasi. Ia memegang saham sebesar 8% di PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) melalui PT Harapan Bangsa Kita atau GK Hebat. Namun, sejak awal tahun 2024, perusahaan pengolah dan pengekspor udang ini tengah menghadapi sorotan tajam akibat kerugian finansial yang cukup besar. Tercatat, perusahaan ini mengalami kerugian sebesar USD12, 84 juta atau setara dengan Rp210, 23 miliar per Juni 2024. Kerugian ini disebabkan oleh anjloknya penjualan hingga 40, 2 persen. Sekretaris Korporasi PMMP, Christian Jonathan Sutanto, dalam keterbukaan informasi BEI menjelaskan penundaan pembayaran gaji karyawan.
"Ada beberapa karyawan Perseroan yang tertunda kewajibannya akibat menurunnya pendapatan operasional Perseroan selama beberapa bulan terakhir, namun Perseroan berkomitmen untuk memenuhi kewajiban pada seluruh karyawan Perseroan, " ungkap Christian.
Hingga kini, permasalahan serupa dilaporkan masih terjadi di PT PMMP, yang tentu menambah daftar panjang tantangan dalam dunia bisnis yang sempat ia jalani. (PERS)