JAYAPURA - Aksi demonstrasi yang digelar Komite Nasional Papua Barat (KNPB) di sejumlah titik Kota Jayapura, Kamis (25/9/2025), kembali menuai sorotan tajam. Di balik teriakan orasi dan pengibaran spanduk, muncul kritik keras dari berbagai kalangan yang menilai KNPB telah menjadikan mahasiswa sebagai “alat provokasi” demi kepentingan politik kelompoknya.
Keterlibatan mahasiswa dalam aksi tersebut dinilai bukan lahir dari kesadaran kritis, melainkan hasil mobilisasi sistematis yang dilakukan KNPB. Banyak pihak menilai langkah ini berbahaya, karena dunia pendidikan seharusnya menjadi ruang untuk membangun masa depan, bukan arena provokasi politik yang penuh risiko.
Generasi Muda Dijadikan Tameng Politik
Tokoh adat Papua, Marthen Wenda, menyebut tindakan KNPB sebagai langkah yang merugikan generasi muda. Menurutnya, mahasiswa yang seharusnya fokus pada pendidikan justru ditarik ke dalam lingkaran kepentingan politik yang tidak jelas.
“Mahasiswa adalah harapan bangsa, tetapi sayangnya mereka dijadikan tameng untuk menyuarakan agenda politik KNPB. Ini eksploitasi yang tidak boleh dibiarkan. KNPB harus berhenti memanfaatkan anak-anak muda kita, ” tegas Marthen.
Pandangan serupa datang dari tokoh pemuda Jayapura, Yulius Mirin. Ia menilai bahwa aksi-aksi yang digerakkan KNPB lebih banyak menimbulkan keresahan ketimbang memberikan solusi nyata bagi masyarakat.
“Mahasiswa diperalat untuk menyuarakan kepentingan kelompok tertentu. Padahal rakyat Papua ingin hidup damai dan tenang, bukan terus-menerus dijadikan objek provokasi, ” ujarnya.
Aksi Provokatif, Potensi Ganggu Stabilitas
Demonstrasi KNPB di Jayapura berlangsung dengan orasi bernada provokatif yang dinilai berpotensi menimbulkan keresahan publik. Aparat keamanan yang berjaga menegaskan bahwa kebebasan berpendapat dijamin undang-undang, namun tidak boleh dipelintir menjadi ajang hasutan atau ancaman terhadap ketertiban umum.
Kehadiran mahasiswa dalam barisan aksi menambah kompleksitas persoalan. Di satu sisi, mereka tampil sebagai wajah muda yang seakan membawa aspirasi. Namun di sisi lain, keikutsertaan mereka justru menunjukkan pola rekrutmen dan mobilisasi yang sistematis dari KNPB, yang berusaha mempertahankan eksistensi dengan melibatkan generasi muda.
Ancaman Bagi Masa Depan Papua
Praktik eksploitasi mahasiswa ini dinilai sebagai langkah berbahaya, karena berpotensi merusak masa depan anak muda Papua yang seharusnya menjadi motor pembangunan. Alih-alih mengasah kemampuan akademik, mahasiswa justru diarahkan untuk menjadi corong propaganda.
Pengamat sosial menilai pola KNPB ini bukan hanya membahayakan mahasiswa secara individu, tetapi juga menghambat cita-cita besar membangun Papua yang damai, sejahtera, dan berdaya saing.
“Setiap generasi muda yang terseret dalam pusaran politik provokatif akan kehilangan kesempatan emasnya untuk berkontribusi positif bagi tanah Papua, ” ungkap salah satu pengamat lokal.
Penutup
Peristiwa demonstrasi KNPB di Jayapura ini kembali menegaskan pola lama: menjadikan mahasiswa sebagai tameng politik demi memperkuat eksistensi kelompok. Di tengah cita-cita Papua yang ingin bergerak menuju kesejahteraan, praktik seperti ini dinilai sebagai bentuk pengkhianatan terhadap masa depan generasi muda dan pembangunan daerah.
Aparat keamanan dan masyarakat sipil sepakat bahwa kebebasan demokrasi tetap harus dijaga, namun tidak boleh dibiarkan diselewengkan menjadi alat provokasi yang mengorbankan mahasiswa.
(APK/ Redaksi (JIS)