Kopassus Pilih Jalan Humanis: Tahan Diri Tanpa Senjata Saat Hadapi Kerusuhan di Yalimo

2 hours ago 1

YALIMO - Keputusan berani dan penuh pertimbangan diambil oleh prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI saat menghadapi situasi kerusuhan di Kabupaten Yalimo baru-baru ini. Alih-alih menggunakan kekuatan bersenjata, para prajurit elit TNI tersebut memilih pendekatan humanis dan persuasif untuk mengendalikan massa yang bertindak anarkis. Langkah ini menuai apresiasi luas dari berbagai kalangan karena dinilai sebagai wujud kedewasaan aparat dalam menjaga stabilitas tanpa menimbulkan korban jiwa.

Kerusuhan yang sempat memanas dipicu oleh isu sosial yang berkembang di tengah masyarakat. Massa yang tersulut emosi melakukan aksi pengrusakan dan pembakaran sejumlah fasilitas umum. Namun, di tengah situasi yang berpotensi membahayakan, para prajurit Kopassus tetap menahan diri dan tidak terpancing untuk menggunakan senjata. Mereka mengedepankan dialog, pengendalian diri, dan komunikasi aktif guna meredam ketegangan.

Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa pendekatan keamanan di Papua kini semakin mengutamakan cara-cara non-kekerasan, sejalan dengan semangat Polri dan TNI yang Presisi dan Humanis.

Sejumlah tokoh masyarakat Yalimo memuji tindakan prajurit Kopassus yang dinilai bijak dan berempati terhadap situasi sosial di lapangan. Yonas Wenda, salah satu tokoh adat setempat, menyebut bahwa tindakan aparat tersebut mampu mencegah terjadinya pertumpahan darah.

“Kalau waktu itu aparat langsung pakai senjata, pasti akan banyak korban. Tapi mereka justru memilih menenangkan masyarakat. Itu langkah yang luar biasa. Kami merasa dihargai dan dilindungi, ” ujar Yonas, Jumat (26/9/2025).

Hal senada disampaikan tokoh gereja Yalimo, Pendeta Markus Matuan, yang menilai keputusan tidak menggunakan senjata sebagai tindakan yang patut diteladani oleh semua aparat.

“Itu bukti bahwa aparat datang bukan untuk menakuti, tapi untuk melindungi. Mereka memahami bahwa masyarakat sedang emosi, bukan musuh. Pendekatan seperti ini yang membawa damai, ” ungkapnya.

Sementara itu, pengamat militer dan keamanan, Dr. Andi Wibowo, menilai tindakan Kopassus tersebut mencerminkan profesionalisme tinggi dan pemahaman mendalam terhadap dinamika sosial di Papua.

“Kopassus dikenal sebagai pasukan elit dengan kemampuan tempur luar biasa. Tapi di Yalimo, mereka menunjukkan sisi lain: kemampuan mengendalikan situasi tanpa kekerasan. Itu langkah strategis untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap negara, ” jelas Andi.

Pendekatan humanis ini sejalan dengan kebijakan TNI dan pemerintah dalam mengedepankan strategi keamanan yang berorientasi pada perlindungan warga sipil, bukan sekadar penegakan hukum. Dalam konteks Papua, pendekatan seperti ini sangat penting untuk memperkuat hubungan antara aparat keamanan dan masyarakat, sekaligus menekan potensi konflik horizontal.

Melalui keputusan tersebut, prajurit Kopassus tidak hanya berhasil mengendalikan situasi tanpa korban, tetapi juga menumbuhkan rasa hormat dan kepercayaan dari masyarakat Yalimo. Keberhasilan ini menjadi contoh nyata bahwa keamanan dan kedamaian bisa dicapai tanpa harus mengangkat senjata.

Kini, situasi di Yalimo berangsur pulih. Aktivitas masyarakat mulai kembali normal, dan aparat terus melakukan pendampingan dengan pendekatan sosial serta komunikasi aktif dengan tokoh adat, agama, dan pemuda.

Langkah prajurit Kopassus ini membuktikan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada senjata, melainkan pada kebijaksanaan dan kemampuan menahan diri. Di tengah gejolak, mereka menunjukkan bahwa cinta damai adalah bentuk tertinggi dari keberanian.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |