Kurangi Impor BBM, Bahlil Lahadalia Dorong Pertamina Percepat Pembangunan Kilang

4 weeks ago 13

JAKARTA - Pemerintah terus mendorong PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan kapasitas pengolahan minyak melalui pembangunan kilang baru. Langkah ini krusial demi mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari negara lain, bahkan yang tidak memiliki sumber daya minyak sama sekali.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, secara tegas meminta Pertamina untuk tidak hanya fokus pada ekspansi, tetapi juga menjalin kolaborasi strategis dengan berbagai pihak. Tujuannya jelas: mengakselerasi pembangunan kilang minyak di berbagai titik strategis di Indonesia.

"Begitupun Pertamina, mereka juga ekspansi untuk tingkatkan lifting dan kolaborasi untuk bangun kilang. Kita akan bangun kilang ke beberapa titik, " ujar Bahlil, Selasa (7/10/2025). Beliau menekankan ironi kondisi saat ini.

"Masa kita impor minyak dari negara tetangga yang nggak ada minyaknya, " tegas Bahlil, menyiratkan urgensi untuk mandiri dalam pemenuhan energi.

Menyambung visi tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, memberikan kabar gembira mengenai progres pembangunan kilang. Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dipastikan akan segera beroperasi.

"Mudah-mudahan di bulan November, tanggal 10 November adalah kita akan mulai on-stream proyek RDMP Balikpapan, yaitu Refinery Development Master Plan Balikpapan, yang nanti akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang, " kata Simon, optimis.

Kilang Balikpapan ini merupakan salah satu kilang terbesar yang dimiliki Pertamina, dengan kapasitas pengolahan mencapai 90 ribu barel per hari. Operasionalnya kelak akan menjadi tonggak penting dalam upaya pengurangan impor BBM nasional.

Lebih lanjut, Simon menjelaskan bahwa produksi dari kilang RDMP Balikpapan akan menghasilkan BBM dengan kualitas yang jauh lebih baik, setara dengan standar internasional.

"Tentunya dengan demikian, impor kita akan berkurang, produk yang dihasilkan akan lebih baik, dan produk yang dihasilkan nanti akan setara dengan Euro 5, yaitu kadar sulfur di bawah 10 ppm. Ini sangat luar biasa, " papar Simon, menyoroti keunggulan teknologi yang digunakan. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |