PAPUA - Aksi kekerasan yang mematikan harapan masa depan anak-anak Papua kembali mewarnai tanah Papua. Kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) melakukan tindakan brutal dengan membakar SMP Negeri Okbab di Distrik Okbab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Pembakaran ini memicu kecaman luas dari berbagai kalangan di Indonesia, menyoroti semakin memburuknya situasi keamanan di daerah yang seharusnya menjadi tempat untuk menumbuhkan harapan dan cita-cita. Selasa 8, April 2025.
Insiden yang terjadi pada malam hari, sekitar pukul 21.00 WIT, menyisakan kehancuran dan kerugian yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga psikologis. Bangunan utama sekolah yang menjadi tempat ribuan mimpi para pelajar, hangus terbakar, mengancam keberlanjutan pendidikan di daerah terpencil tersebut.
Meski tidak ada korban jiwa karena kebakaran terjadi setelah jam sekolah, kerusakan materiil yang ditimbulkan sangat signifikan, mengingat gedung yang terbakar adalah pusat dari kegiatan belajar mengajar, termasuk ruang kelas, kantor guru, dan fasilitas lain yang mendukung proses pendidikan.
Kepala SMP Negeri Okbab, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, menyatakan rasa kecewa dan kesedihannya:
“Kami tidak bisa memahami alasan mengapa fasilitas pendidikan yang seharusnya menjadi tempat memajukan masa depan anak-anak Papua justru dihancurkan. Ini adalah kemunduran besar bagi dunia pendidikan di daerah kami.”
Tindakan ini menambah panjang daftar serangan terhadap sektor pendidikan yang semakin rawan. Sebelumnya, beberapa sekolah di wilayah lain juga mengalami kerusakan akibat aksi serupa yang dilakukan kelompok separatis. Menghancurkan fasilitas pendidikan merupakan langkah yang sangat kontraproduktif, karena pendidikan adalah hak dasar yang tidak bisa diganggu gugat dalam situasi apa pun.
Beberapa pengamat dan pakar Papua menduga bahwa aksi pembakaran ini merupakan bagian dari strategi OPM untuk menekan pemerintah Indonesia, sekaligus menarik perhatian internasional terhadap tuntutan mereka akan kemerdekaan Papua. Namun, yang lebih mencolok adalah bagaimana kelompok separatis ini kini tidak hanya menyerang fasilitas militer atau pemerintahan, tetapi juga sektor pendidikan yang seharusnya menjadi garis pertahanan terakhir bagi masa depan generasi muda Papua.
Tindakan ini mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat maupun masyarakat. Pendidikan adalah hak asasi manusia yang harus dilindungi, dan tidak seharusnya menjadi sasaran dari konflik politik atau separatisme.
Pemerintah Indonesia melalui kementerian terkait berjanji akan segera membangun kembali fasilitas yang rusak dan memastikan pendidikan di wilayah Papua terus berjalan, meskipun dengan tantangan yang semakin besar.
“Kami akan pastikan bahwa pendidikan akan tetap berjalan di Papua, meski harus menghadapi berbagai ancaman dan tantangan, ” tegas Menteri Pendidikan dalam konferensi pers yang diadakan segera setelah kejadian ini.
OPM telah melampaui batas, menyerang bukan hanya simbol negara, tetapi juga mimpi anak-anak yang seharusnya tumbuh dengan pendidikan yang layak. Saatnya seluruh elemen bangsa bersatu untuk mengutuk kekerasan ini dan memberikan dukungan lebih besar bagi rakyat Papua, khususnya dunia pendidikan yang terus menerus terancam. (APK/Red1922)