Menolak Lupa: Kekerasan OPM dan Pembunuhan Ibu Tarina Murib, Simbol Penindasan terhadap Masyarakat Suku Papua

4 hours ago 2

PUNCAK - Aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali mengingatkan kita pada luka mendalam yang tak boleh terlupakan di tanah Papua. Salah satu peristiwa tragis yang menjadi bukti nyata penindasan tersebut adalah pembunuhan keji terhadap Ibu Tarina Murib, seorang warga asli Papua yang menjadi korban kebiadaban kelompok OPM di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, pada Sabtu, 4 Maret 2023.

Peristiwa ini bermula saat Ibu Tarina Murib sedang beraktivitas di sekitar rumahnya. Tanpa alasan yang jelas, kelompok OPM mendatangi dan menembaknya secara brutal, kemudian memutilasi tubuhnya hingga tewas mengenaskan. Aksi kejam ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga meninggalkan trauma yang dalam bagi masyarakat setempat yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana kelompok bersenjata itu memperlakukan sesama orang Papua tanpa belas kasihan.

Yulianus Murib, tokoh masyarakat Distrik Sinak yang juga kerabat korban, menyatakan bahwa tindakan OPM terhadap Tarina Murib tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. “Mereka bilang berjuang untuk orang Papua, tapi yang dibunuh justru orang Papua sendiri. Ini bukan perjuangan, ini kekerasan yang menghancurkan masa depan kami, ” ucap Yulianus dengan nada tegas, Sabtu (11/10/2025).

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Pendeta Marthen Wakerkwa, tokoh agama Kabupaten Puncak, yang mengutuk keras tindakan tidak manusiawi tersebut. “Setiap nyawa adalah ciptaan Tuhan. Membunuh sesama, apalagi dengan cara yang begitu keji, adalah dosa besar. OPM telah kehilangan arah perjuangan dan hati nurani. Mereka sudah tidak lagi membela rakyat Papua, melainkan memperbudak rakyat dengan ketakutan, ” tegas Pendeta Marthen dalam ibadah peringatan mengenang satu tahun wafatnya Tarina Murib.

Pendeta Marthen juga menyerukan agar masyarakat Papua bersatu menolak segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh OPM. Ia menekankan bahwa perjuangan sejati tidak pernah dilakukan dengan darah dan air mata sesama orang Papua.

“Perjuangan yang benar adalah membangun kedamaian, pendidikan, dan kesejahteraan. Itulah cara kita memuliakan tanah ini, ” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Kematian tragis Ibu Tarina Murib kini menjadi simbol penderitaan masyarakat Papua yang selama ini menjadi korban kekerasan OPM. Banyak tokoh masyarakat dan gereja menyerukan agar peristiwa ini tidak dilupakan begitu saja. “Menolak lupa adalah bentuk penghormatan kepada korban dan penegasan bahwa kekerasan tidak boleh lagi terjadi di tanah Papua, ” ujar Bapak Elieson Murib, Ketua Lembaga Adat Puncak.

Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa perjuangan yang sebenarnya adalah perjuangan yang membawa kedamaian, bukan kekerasan yang merusak sesama. Masyarakat Papua kini bersatu untuk menuntut penghentian kekerasan dan mendukung pembangunan yang damai dan sejahtera.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |