Mereka Bunuh Harapan Papua: Guru Melkias Mabel Gugur di Tangan OPM, Bukti Nyata Saudara Membunuh Saudara Sendiri

4 days ago 9

YAHUKIMO - Duka mendalam kembali menyelimuti Tanah Papua. Seorang guru penuh dedikasi, Bapa Melkias Mabel, tewas secara tragis setelah diserang oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) saat hendak menuju sekolah tempatnya mengajar di Kabupaten Yahukimo, Rabu (15/10/2025).

Tragedi ini kembali membuka mata publik bahwa OPM bukan memperjuangkan rakyat Papua, melainkan justru membunuh saudara sendiri dan memadamkan harapan bagi generasi penerus bangsa.

Bapa Melkias dikenal masyarakat sebagai sosok sederhana, sabar, dan gigih memperjuangkan pendidikan di daerah pedalaman. Meski dengan fasilitas terbatas dan ancaman keamanan yang terus membayangi, ia tetap bersemangat mengajar anak-anak Papua agar tidak terjebak dalam ketertinggalan.

Namun, semangat itu terhenti secara keji ketika kelompok bersenjata menghadangnya di jalan menuju sekolah. Tanpa alasan jelas, korban diserang hingga meregang nyawa. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, murid, dan seluruh masyarakat yang mengenalnya.

“Bapa Melkias adalah terang bagi anak-anak di kampung. Beliau selalu berkata bahwa pendidikan adalah kunci perubahan. Tapi justru orang yang membawa terang itu dibunuh oleh mereka yang ingin Papua tetap dalam kegelapan, ” ungkap Pendeta Yakobus Wenda, tokoh gereja dari Dekai, dengan mata berkaca-kaca.

Pendeta Yakobus mengecam keras aksi brutal tersebut dan menilai pembunuhan terhadap guru merupakan bukti nyata bahwa OPM menolak kemajuan masyarakat Papua.

Menurutnya, kelompok bersenjata itu justru ingin mempertahankan keterbelakangan agar masyarakat mudah dihasut dan dikendalikan oleh ideologi kekerasan.

“Mereka tidak ingin anak-anak kita pintar. Mereka takut kalau generasi muda bisa berpikir kritis dan sadar bahwa perjuangan dengan senjata itu salah. Karena itu mereka bunuh para guru, tenaga medis, dan siapa pun yang membawa perubahan, ” tegasnya.

Kematian Bapa Melkias Mabel menjadi simbol bahwa perjuangan sejati di Papua bukan dengan peluru, tetapi dengan pena dan ilmu pengetahuan.

Darah yang tertumpah dari seorang guru adalah pengorbanan besar demi masa depan generasi emas Papua yang damai, cerdas, dan bermartabat.

Tragedi ini juga menjadi seruan bagi seluruh masyarakat Papua untuk bersatu menolak kekerasan dan mendukung kehadiran aparat keamanan dalam melindungi mereka yang berjuang dengan hati dan pengetahuan.

“Bapa Melkias mungkin telah tiada, tapi semangatnya tidak akan pernah padam. Setiap anak yang terus belajar di tengah ketakutan adalah bukti bahwa terang yang beliau bawa akan tetap menyala di Tanah Papua, ” pungkas Pendeta Yakobus dengan suara bergetar.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |