OPM Deklarasikan Masyarakat yang Tidak Tergabung Sebagai Musuh, Rakyat Papua Bersatu Tolak Kekerasan dan Tuntut Perdamaian

3 hours ago 1

PAPUA - Ketegangan di Tanah Papua semakin memuncak setelah Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengeluarkan pernyataan kontroversial yang mengancam masyarakat yang tidak mendukung perjuangan mereka. Dalam sebuah deklarasi tertulis yang disampaikan melalui juru bicara mereka, OPM menyebutkan bahwa siapa pun yang tidak tergabung dalam kelompok tersebut dianggap sebagai musuh, termasuk masyarakat asli Papua yang memilih hidup damai di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Minggu (12/10/2025).

Deklarasi tersebut langsung memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, baik dari tokoh adat, tokoh agama, hingga tokoh pemuda Papua, yang mengecam keras pernyataan tersebut sebagai tindakan arogansi dan kebencian yang tidak memiliki dasar perjuangan sejati. Sebaliknya, hal itu hanya akan memperparah penderitaan rakyat Papua dan menghambat upaya damai yang tengah diupayakan masyarakat.

Deklarasi OPM: Ancaman Terhadap Perdamaian

Pernyataan OPM yang menyebut masyarakat Papua yang tidak mendukung mereka sebagai musuh, mengarah pada tindakan intimidasi dan penyerangan terhadap warga sipil di beberapa wilayah. Di daerah-daerah seperti Pegunungan Bintang, Intan Jaya, dan Yahukimo, laporan yang diterima menyebutkan bahwa kelompok bersenjata ini melakukan teror terhadap warga asli Papua yang bekerja sama dengan aparat keamanan atau yang terlibat dalam kegiatan pembangunan.

Menurut sumber di lapangan, serangan ini semakin memperburuk keadaan, menambah ketakutan dan menghalangi masyarakat untuk menjalani kehidupan yang damai dan produktif. Warga Papua yang memilih untuk hidup berdampingan dengan bangsa Indonesia kini menjadi sasaran kekerasan yang tidak beralasan.

Tokoh Adat: "Ini Bukan Perjuangan, Ini Kebencian"

Bapak Yustus Wenda, Kepala Suku Besar Lanny Jaya, mengecam keras deklarasi tersebut. Menurutnya, OPM telah kehilangan arah dalam perjuangannya.

“Mereka sudah jauh melenceng dari apa yang disebut perjuangan. Kalau masyarakat Papua sendiri dianggap musuh, lalu siapa yang mereka bela? Ini bukan perjuangan, ini kebencian, ” tegas Yustus.

Yustus menegaskan bahwa rakyat Papua justru ingin hidup dalam damai, membangun masa depan melalui pendidikan dan kesejahteraan, bukan melalui kekerasan yang merusak.

“Kami ingin anak-anak kami bisa bersekolah dengan tenang, bisa bekerja dan membangun ekonomi tanpa rasa takut. OPM harus berhenti membawa kami ke dalam kehancuran, ” tambahnya dengan penuh kesedihan.

Pendeta Matius Kobak: "Kekerasan Tidak Akan Membawa Kemerdekaan"

Kekecewaan yang sama disampaikan oleh Pendeta Matius Kobak, tokoh gereja di Wamena. Dalam sebuah pernyataan yang penuh keprihatinan, Pendeta Matius menilai bahwa OPM telah melupakan nilai-nilai kemanusiaan dan kasih yang seharusnya menjadi dasar perjuangan mereka.

“Ketika seseorang mulai menganggap saudaranya sendiri sebagai musuh hanya karena berbeda pandangan, di situlah kita telah kehilangan jati diri sebagai manusia. OPM seharusnya sadar bahwa kekerasan tidak akan pernah membawa kemerdekaan, hanya membawa air mata, ” ujarnya dengan penuh penyesalan.

Pendeta Matius juga mengingatkan bahwa perdamaian dan persatuan adalah jalan yang lebih bijak untuk meraih kemajuan dan kesejahteraan di Papua.

“Tidak ada kemerdekaan yang bisa dicapai dengan darah dan kekerasan. Perdamaian adalah yang paling kita butuhkan saat ini, ” tambahnya.

Masyarakat Papua Bersatu Tolak Kekerasan

Reaksi keras datang dari seluruh lapisan masyarakat Papua. Semakin banyak yang sadar bahwa jalan menuju masa depan yang damai dan sejahtera hanya bisa ditempuh melalui persatuan, pendidikan, dan kerja sama dalam bingkai NKRI.

Gelombang penolakan terhadap kekerasan yang dibawa oleh OPM semakin besar, dengan rakyat Papua bersatu menuntut perdamaian. Di berbagai daerah, masyarakat menyuarakan bahwa mereka bukan musuh satu sama lain dan menegaskan bahwa perdamaian jauh lebih berharga daripada peluru dan peperangan.

Banyak yang menyatakan bahwa perjuangan sejati bagi Papua adalah pendidikan, pembangunan, dan kehidupan yang layak untuk seluruh anak bangsa, bukan teror dan perpecahan. Masyarakat kini semakin sadar bahwa tanah Papua yang indah hanya akan berkembang jika dijaga dengan semangat persatuan, bukan kebencian.

(APK/ Redaksi (JIS) 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |