INTAN JAYA - Harapan masyarakat untuk segera menikmati akses jalan yang layak melalui proyek pembangunan Jalan Trans Nabire kembali terganggu. Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) dari Kodap XXIX Somatua di bawah pimpinan Mayor Beloker Miagoni melakukan aksi intimidasi dan ancaman terhadap pekerja di lokasi proyek, sehingga aktivitas pembangunan harus dihentikan sementara.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari lapangan, kelompok tersebut tidak hanya menghadang jalannya pembangunan, tetapi juga menyampaikan ancaman terbuka kepada para pekerja. Mereka menegaskan akan melakukan kekerasan bahkan pembunuhan jika proyek tetap dilanjutkan. Aksi teror ini menciptakan ketakutan di kalangan masyarakat dan para pekerja, serta menghambat proses pembangunan infrastruktur vital di wilayah Intan Jaya.
Tokoh masyarakat Intan Jaya, Yulius Kobogayau, menyayangkan tindakan kelompok bersenjata tersebut. Ia menilai gangguan terhadap proyek pembangunan hanya akan memperburuk kondisi masyarakat.
“Jalan Trans Nabire ini untuk kepentingan rakyat. Kalau terus diganggu, masyarakat akan tetap terisolasi, harga kebutuhan pokok tetap mahal, dan wilayah ini sulit berkembang. Kami minta aparat keamanan bertindak tegas agar proyek bisa berjalan kembali, ” tegasnya, Rabu (1/10/2025).
Hal senada disampaikan tokoh pemuda Markus Tipagau. Menurutnya, tindakan intimidatif OPM bertolak belakang dengan keinginan warga yang mendambakan kemajuan dan kesejahteraan.
“Kami ingin maju, kami ingin sejahtera. Jalan ini adalah harapan kami untuk membuka isolasi dan meningkatkan ekonomi. Jangan sampai harapan itu dirampas oleh kelompok yang tidak berpihak pada rakyat, ” ujarnya.
Pembangunan Jalan Trans Nabire merupakan bagian dari program strategis pemerintah untuk mempercepat konektivitas antar-distrik di wilayah Intan Jaya. Jalan ini diharapkan menjadi urat nadi ekonomi baru yang menghubungkan wilayah pedalaman dengan pusat distribusi, mempermudah akses layanan kesehatan, pendidikan, dan logistik bagi warga.
Namun, gangguan keamanan yang terus berulang dari kelompok bersenjata menjadi tantangan besar bagi pemerintah. Banyak pihak berharap aparat keamanan dapat memberikan jaminan perlindungan bagi para pekerja dan memastikan proyek tetap berjalan demi kepentingan masyarakat luas.
“Pembangunan jalan bukan hanya soal infrastruktur, tapi simbol kehadiran negara. Negara tidak boleh mundur. Kami ingin bukti bahwa Papua juga berhak maju, ” pungkas Yulius.
Dengan dukungan masyarakat dan pengamanan aparat, diharapkan proyek Jalan Trans Nabire dapat segera dilanjutkan sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan oleh seluruh warga Intan Jaya.
(APK/ Redaksi (JIS)