TELUK BINTUNI - Situasi kemanusiaan di Kampung Moyeba, Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, semakin memprihatinkan setelah lebih dari 194 jiwa, termasuk anak-anak dan perempuan, terpaksa mengungsi ke dalam hutan. Pengungsian massal ini dipicu oleh kehadiran kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menyebabkan ketakutan luas di kalangan masyarakat setempat.
Warga yang sebagian besar berlarian tanpa membawa perbekalan, terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat ancaman dan intimidasi yang datang dari kelompok OPM. Yohanes Mabori, salah satu tokoh masyarakat Moyeba yang kini ikut mengungsi, menegaskan bahwa kehadiran OPM telah menambah penderitaan bagi masyarakat.
“Kami menegaskan bahwa kehadiran OPM tidak dapat dibenarkan, karena telah menimbulkan trauma mendalam bagi masyarakat. Kami tidak bisa kembali ke kampung karena takut terhadap ancaman, penangkapan, dan kekerasan dari kelompok OPM, ” ujar Yohanes saat diwawancarai, Selasa (21/10/2025).
Sementara itu, Markus Kuri, tokoh masyarakat lainnya, mengkritik keras tindakan kelompok OPM yang menurutnya hanya mengorbankan masyarakat sipil.
“Kelompok ini selalu mengatasnamakan perjuangan, tetapi yang menjadi korban justru rakyat kecil. Rumah dibakar, sekolah ditinggalkan, anak-anak trauma. Ini bukan perjuangan, ini tindakan yang menyengsarakan masyarakat, ” tegas Markus.
Pihak aparat keamanan terus berupaya mengamankan wilayah dan memberikan pendekatan humanis untuk memastikan keselamatan warga. Pemerintah daerah juga tengah menyiapkan langkah-langkah darurat untuk menyalurkan bantuan logistik dan kesehatan bagi para pengungsi yang kini tersebar di hutan sekitar Kampung Moyeba.
Kejadian ini menambah panjang daftar penderitaan masyarakat sipil Papua yang semakin terperangkap dalam konflik bersenjata. Tokoh adat, pemerintah, dan tokoh agama kini semakin didorong untuk bersatu dan berupaya menciptakan kedamaian di wilayah tersebut.
“Yang kami inginkan hanyalah hidup tenang dan damai tanpa gangguan dari OPM, ” ujar Yohanes menambahkan. Pernyataan tersebut menggambarkan jeritan hati masyarakat Moyeba yang kini hanya mendambakan keamanan dan kesempatan untuk membangun kembali kehidupan mereka yang porak-poranda.
Keberlanjutan hidup damai di Papua Barat kini menjadi harapan besar bagi masyarakat, yang semakin lelah dengan ketegangan dan ancaman yang datang dari kelompok bersenjata.
(MN/AG)