ENTIKONG - Di senyap perbatasan Indonesia-Malaysia, fajar seringkali menyingsing lebih dini. Kabut tipis menyelimuti jalanan menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, menciptakan suasana hening yang berbeda dari hiruk pikuk kota. Di tempat yang jauh dari sorotan publik ini, negara dijaga oleh pribadi-pribadi berdedikasi yang tak kenal lelah.
Fahrul Husaini dan Chandra Dinata, dua petugas imigrasi yang bertugas di sana, memahami betul arti berada di garis depan. Mereka bukanlah sosok heroik dalam film laga, namun di hari itu, mereka menjadi garda terdepan yang melindungi martabat bangsa dari ancaman tersembunyi, salah satunya adalah penyelundupan manusia.
Tugas di perbatasan lebih dari sekadar memeriksa paspor. Bagi Fahrul dan Chandra, ini adalah panggilan kemanusiaan dan tanggung jawab besar. Setiap wajah yang melintas membawa cerita tersendiri, entah itu penderitaan, kebahagiaan, harapan, atau bahkan jerat jebakan.
“Kita harus mengasah kepekaan. Sekali lengah, nyawa manusia bisa terperangkap dalam jaringan perdagangan gelap yang kejam, ” ujar Fahrul, menyoroti pentingnya kewaspadaan di lapangan.
Operasi rutin keimigrasian hari itu berubah menjadi momen tak terlupakan. Di tengah antrean warga yang hendak menyeberang, naluri mereka menangkap ada sesuatu yang janggal. Beberapa orang menunjukkan sikap canggung saat diwawancarai, jawaban mereka terdengar hafalan.
Pengalaman bertahun-tahun membuat Fahrul yakin ada yang tidak beres. Ia memberi isyarat kepada Chandra untuk memperdalam pemeriksaan. Intuisi, bagi mereka, adalah senjata ampuh di lapangan.
“Prosedur memang harus dijalankan, tapi terkadang, yang menyelamatkan nyawa justru kepekaan saat membaca situasi, ” tambah Chandra, mengamini pentingnya insting dalam setiap tindakan.
Pemeriksaan lebih lanjut mengungkap kejanggalan: indikasi sejumlah warga hendak diberangkatkan secara ilegal melalui jalur darat. Modusnya halus, dokumen tampak lengkap, dan tujuan perjalanan terdengar wajar. Namun, penelusuran mendalam mengungkap bahwa di balik itu, terdapat jaringan sindikat penyelundupan manusia yang telah lama diincar aparat.
Fahrul dan Chandra bergerak sigap. Mereka mengamankan para calon korban dan membawa pihak yang diduga terlibat ke ruang pemeriksaan. Dalam hitungan jam, upaya penyelundupan manusia berhasil digagalkan.
“Rasanya lega sekali. Bukan hanya karena berhasil menjalankan tugas, tapi karena kami tahu kami telah mencegah tragedi besar dalam kehidupan mereka, ” ungkap Fahrul, menahan haru.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa di sudut-sudut negeri yang sepi, ada pahlawan-pahlawan sunyi yang tanpa pamrih menjaga keamanan dan kemanusiaan. (PERS)