JAKARTA - Sebuah gebrakan besar tengah disiapkan Perumda PAM Jaya untuk menjawab kebutuhan vital air bersih di Kepulauan Seribu. Rencana ambisius ini mencakup pembangunan jalur pipa yang akan mengalirkan air bersih langsung dari daratan Jakarta, sebuah terobosan yang diharapkan menjadi solusi permanen.
Inisiatif ini merupakan tindak lanjut konkret dari penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan para mitra ahli. Jaringan perpipaan sepanjang sekitar 110 kilometer ini digadang-gadang akan mengubah wajah suplai air bersih bagi masyarakat kepulauan.
Direktur Operasional Perumda PAM Jaya, Syahrul Hasan, mengungkapkan bahwa gagasan brilian ini berawal dari kunjungan inspiratif Direktur Utama Perumda PAM Jaya, Arief Nasrudin, bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, Rano Karno, ke Turki. Di sana, mereka mengamati secara langsung sistem suplai air bersih yang canggih.
Selama ini, warga Kepulauan Seribu sangat bergantung pada teknologi pengolahan air laut (Sea Water Reverse Osmosis/SWRO) dan air payau (Brackish Water Reverse Osmosis/BWRO). Meskipun efektif, kedua metode ini memiliki keterbatasan dan biaya operasional yang tinggi.
"Selama ini air laut diolah dengan SWRO dan langsung disalurkan kepada masyarakat. Kemudian, ada juga BWRO dengan memanfaatkan air tanah. Namun, dalam rencana ke depan, air akan langsung dikirim dari instalasi pengolahan air di Jakarta menuju Kepulauan Seribu melalui sistem perpipaan, " jelas Syahrul Hasan.
Dalam diskusi yang hangat, Syahrul Hasan memaparkan bahwa jaringan pipa strategis ini dirancang untuk menghubungkan delapan pulau permukiman yang menjadi prioritas utama layanan PAM Jaya. Tantangan terbesar yang teridentifikasi adalah lalu lintas laut yang padat di sekitar area yang akan dilalui pipa.
Saat ini, tim Perumda PAM Jaya masih dalam tahap kajian mendalam mengenai metode pemasangan pipa, apakah akan menggunakan sistem terapung (floating pipeline) atau opsi teknologi lainnya yang paling sesuai.
Proyek pipanisasi ini tidak hanya diharapkan menjadi solusi teknis, tetapi juga sebuah 'warisan' berharga bagi kepemimpinan DKI Jakarta, guna mencapai target mulia 100 persen cakupan layanan air bersih pada tahun 2029.
Syahrul Hasan menambahkan, biaya pokok produksi air bersih dengan sistem SWRO di Kepulauan Seribu saat ini mencapai angka fantastis, yakni sekitar Rp40 ribu per meter kubik. Namun, masyarakat hanya dikenakan tarif Rp1.000 untuk tiga meter kubik pertama, sebuah disparitas yang mencolok.
"Secara bisnis memang tidak ada keuntungan karena biaya produksinya jauh di atas tarif pelanggan. Tapi jika air bisa langsung didorong dari Jakarta, tentu akan ada efisiensi besar yang bisa kami capai, " paparnya dengan penuh keyakinan.
Proses diskusi teknis dan ekonomi dengan para ahli pendamping terus berjalan intensif. PAM Jaya sangat berharap proyek pipanisasi ini dapat segera direalisasikan, menjadi jawaban tuntas atas permasalahan air bersih yang selama ini dihadapi warga Kepulauan Seribu.
"Doakan saja semoga bisa segera terwujud. Ini adalah proyek strategis yang sangat penting bagi pemerataan pelayanan publik di wilayah Kepulauan Seribu, " ujar Syahrul Hasan, penuh harap.
Dukungan penuh datang dari M Syaiful Jihad, yang mewakili LIGA Pro Jakarta. Ia sangat mengapresiasi rencana PAM Jaya yang dianggapnya akan meningkatkan kualitas hidup warga dan memperkuat citra Kepulauan Seribu sebagai destinasi wisata unggulan berkelas internasional.
Direktur Eksekutif Jakarta Public Service (JPS) ini juga mendorong agar kajian yang dilakukan Perumda PAM Jaya dapat dipercepat implementasinya, mengingat keberhasilan serupa telah terbukti di berbagai negara. (PERS)