Papua Bersatu! Warga Sebut OPM Hanya Bawa Penderitaan, Masyarakat Bangkit Menentang Kekerasan

10 hours ago 7

PAPUA - Keamanan di Papua semakin menunjukkan kemajuan yang signifikan, dengan satu perubahan penting yang mengguncang: masyarakat Papua kini bersatu melawan kehadiran dan kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dukungan yang semakin kuat dari tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, hingga warga biasa, telah mengubah peta sosial di Tanah Papua, membuat keberadaan OPM semakin terdesak dan kehilangan dukungan. Minggu 27, April 2025.

Selama beberapa bulan terakhir, gelombang penolakan terhadap OPM semakin menggema di berbagai wilayah Papua. Warga sadar bahwa apa yang mereka perjuangkan bukan lagi aspirasi untuk kemerdekaan, tetapi sebuah agenda kekerasan yang justru merugikan rakyat Papua sendiri. Tindakan kekerasan yang terus-menerus dilakukan oleh OPM tak hanya membawa ketakutan, tetapi juga menghambat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Bapak Yance Murib, salah satu tokoh adat asal Puncak Jaya, mengungkapkan ketegasannya dalam sebuah forum musyawarah adat di Distrik Mulia.  

"Kami sudah cukup menderita. Banyak keluarga kehilangan anggota karena kekerasan. OPM tidak lagi berbicara untuk rakyat. Mereka hanya membawa ketakutan dan kehancuran. Sekarang, kami berdiri bersama untuk melawan mereka, " tegas Yance Murib (Minggu, 27 April 2025).

Tak hanya tokoh adat, pemuka agama juga turut bersuara. Pendeta Samuel Tabuni dari Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) mengungkapkan dalam khotbahnya di Wamena bahwa agama mengajarkan kasih, bukan kekerasan.  

"Agama mengajarkan kita untuk mengasihi, bukan membunuh. Tidak ada tempat untuk kekerasan di tanah yang diberkati ini. Kami harus bersama-sama menghapuskan kekerasan agar Papua dapat maju, " ujar Pendeta Samuel.

Solidaritas ini semakin menguat, dengan tokoh adat dan agama secara aktif mengunjungi kampung-kampung untuk menyosialisasikan pentingnya persatuan dan perdamaian, serta mendukung penegakan hukum terhadap kelompok-kelompok bersenjata. Warga semakin sadar bahwa masa depan Papua ada di tangan mereka sendiri, dan bukan pada kelompok yang hanya membawa penderitaan.

Dengan semakin kuatnya semangat kebersamaan ini, OPM mulai merasakan kepanikan. Kehilangan dukungan sosial yang selama ini mereka andalkan, serta semakin terbatasnya ruang gerak, membuat kelompok separatis ini semakin terdesak.

Papua kini memasuki babak baru, di mana masyarakat bersama-sama menegakkan perdamaian dan keamanan, serta berjuang untuk masa depan yang lebih baik. (APK/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |