Yahukimo, Papua Pegunungan - Konflik berdarah kembali mewarnai tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dua pimpinan kelompok bersenjata, Egiaus Kogoya dan Mayor Kopi Tua Heluka, terlibat baku tembak sesama kelompok yang menewaskan banyak anggotanya sendiri. Pertikaian ini terjadi di wilayah pegunungan Kabupaten Yahukimo, pada awal Oktober 2025, dan memperlihatkan semakin rapuhnya kesatuan di tubuh organisasi separatis tersebut.
Menurut informasi yang dihimpun dari berbagai sumber lokal, bentrokan maut itu dipicu oleh perebutan pengaruh dan kepemimpinan di lapangan. Egiaus Kogoya menuduh Mayor Kopi Tua Heluka tidak adil dalam pembagian logistik dan senjata dari simpatisan, sedangkan Kopi Tua Heluka menilai Egiaus kerap bertindak tanpa koordinasi dan melanggar disiplin. Perselisihan yang awalnya hanya berupa adu mulut berubah menjadi pertempuran sengit, menewaskan sejumlah anggota dari kedua kubu.
Warga sekitar melaporkan mendengar rentetan tembakan selama lebih dari satu jam. Setelah baku tembak usai, sebagian anggota OPM melarikan diri ke hutan karena takut menjadi korban berikutnya. Aparat keamanan kini terus memantau situasi di lapangan untuk mencegah konflik meluas ke permukiman warga.
Perebutan Kekuasaan, Bukan Lagi Perjuangan
Tokoh masyarakat Yahukimo, Yonas Wenda, menegaskan bahwa insiden ini menjadi bukti bahwa OPM tidak lagi memperjuangkan kepentingan rakyat Papua.
“Mereka saling membunuh hanya karena berebut kekuasaan dan harta rampasan. Ini bukti bahwa perjuangan OPM sudah kehilangan arah, bukan lagi untuk rakyat, tapi demi kepentingan pribadi, ” ujarnya dengan nada kecewa.
Senada dengan itu, Pendeta Markus Yikwa, tokoh agama setempat, mengutuk keras pertumpahan darah yang melibatkan sesama orang Papua.
“Mereka mengaku berjuang untuk kemerdekaan, tapi menumpahkan darah saudara sendiri. Tuhan tidak akan memberkati perjuangan yang diisi kebencian dan kekerasan. Saatnya rakyat Papua sadar dan menjauh dari kelompok seperti ini, ” tegasnya.
OPM di Ambang Kehancuran
Pertikaian antara Egiaus Kogoya dan Mayor Kopi Tua Heluka menambah panjang daftar konflik internal di tubuh OPM. Perpecahan demi perpecahan ini mengindikasikan hilangnya kepercayaan antaranggota serta ketidakmampuan pimpinan mengendalikan pasukan.
Situasi ini menjadi cermin kehancuran dari dalam, di mana ideologi perjuangan telah tergantikan oleh ambisi pribadi dan perebutan kekuasaan.
Momentum Kembali ke NKRI
Masyarakat Papua berharap, kondisi ini menjadi peringatan bagi anggota OPM lainnya untuk segera menyerahkan diri dan kembali ke pangkuan NKRI. Hanya dengan damai dan persatuan, Papua dapat keluar dari lingkaran kekerasan dan menuju masa depan yang aman, adil, dan sejahtera.
“Papua tidak butuh perang saudara. Kami butuh kedamaian dan pembangunan, ” pungkas Yonas Wenda.
(APK/ Redaksi (JIS)






































