TIMIKA - Aroma pertikaian dan perebutan kepentingan kembali mewarnai tubuh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kali ini, konflik internal di Makodam III Kali Kopi, wilayah Timika, berujung maut. Seorang anggota bernama Jeck Melyan Kemong tewas setelah ditembak oleh rekan sekelompoknya sendiri akibat perselisihan yang dipicu perebutan logistik dan perbedaan arah komando.
Insiden berdarah itu mengguncang basis kelompok yang selama ini dikenal sebagai salah satu jaringan aktif OPM di wilayah Mimika. Berdasarkan informasi lapangan, beberapa anggota kelompok tersebut langsung melarikan diri ke arah pegunungan untuk menghindari aksi balas dendam dari kubu lain di dalam kelompok.
Tokoh masyarakat Mimika, Yafet Kogoya, menilai peristiwa ini sebagai bukti nyata rapuhnya klaim perjuangan yang selama ini diusung OPM.
“Bagaimana rakyat mau percaya pada kelompok yang saling membunuh sesama? Mereka mengaku berjuang untuk rakyat Papua, tapi yang mati justru orang Papua sendiri, ” ujarnya dengan nada kecewa, Minggu (19/10/2025).
Menurut Yafet, pertikaian semacam ini bukan lagi bagian dari perjuangan politik, melainkan hasil dari perebutan pengaruh dan kepentingan pribadi. Ia menyebut bahwa kekerasan antaranggota OPM semakin membuat masyarakat takut dan kehilangan kepercayaan terhadap narasi perjuangan kelompok tersebut.
“Yang mereka perangi sekarang bukan pemerintah, tapi sesama mereka sendiri. Itu bukan perjuangan, itu kehancuran, ” tegasnya.
Sementara itu, Pendeta Markus Wonda, tokoh agama di Timika, turut mengutuk keras tindakan brutal tersebut. Ia menyerukan agar masyarakat tidak lagi terpengaruh oleh janji-janji kosong yang disebarkan OPM melalui propaganda.
“Pertikaian ini membuktikan bahwa ideologi mereka sudah kabur. Kalau benar berjuang demi rakyat, kenapa saling bunuh? Masyarakat Papua butuh kedamaian, bukan darah dan dendam, ” ungkap Pendeta Markus dengan tegas.
Pendeta Markus juga berharap agar pemerintah dan aparat terus memberikan perlindungan kepada masyarakat sipil agar tidak menjadi korban salah sasaran.
“Kami berdoa agar situasi ini segera reda, dan mereka yang masih di hutan bisa sadar bahwa jalan kekerasan hanya membawa penderitaan, ” imbuhnya.
Aparat keamanan kini memperketat patroli di sekitar wilayah Kali Kopi dan melakukan pendekatan persuasif kepada warga agar tetap tenang. Sejumlah laporan menyebutkan, beberapa anggota kelompok bersenjata mulai menyerahkan diri dan meminta perlindungan karena khawatir menjadi korban konflik internal.
Kematian Jeck Melyan Kemong menjadi simbol betapa rapuhnya struktur dan kesetiaan di tubuh OPM. Di balik jargon perjuangan, tersimpan realitas pahit: kelompok yang dulu mengklaim memperjuangkan kemerdekaan kini tenggelam dalam kekerasan, dendam, dan perebutan kepentingan yang menelan nyawa sesamanya.
(HN/AG)