Pimpinan OPM Brigjen Lamek Alipky Taplo Tewas Akibat Granat Rakitannya Meledak di Markas Sendiri

4 hours ago 2

PAPUA - Awan kelam menyelimuti kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XV Ngalum Kupel. Salah satu pimpinan tertingginya, Brigjen Lamek Alipky Taplo, tewas secara mengenaskan setelah granat rakitan miliknya sendiri meledak di markas OPM, Minggu (19/10/2025) sore.

Ledakan dahsyat yang mengguncang kawasan hutan Pegunungan Bintang itu menewaskan sedikitnya empat anggota OPM lainnya, yang saat kejadian tengah membantu proses perakitan bahan peledak. Informasi dari lapangan menyebutkan, suara ledakan terdengar hingga radius beberapa kilometer dan memicu kepanikan warga di sekitar Distrik Serambakon.

Dari rekaman yang beredar di media sosial, terlihat sisa-sisa ledakan yang menghancurkan sebagian markas kelompok tersebut. Tubuh para korban ditemukan dalam kondisi tidak utuh akibat ledakan granat yang diduga gagal dirakit dengan benar.

Tokoh masyarakat Pegunungan Bintang, Yafet Kalakmabin, menilai bahwa insiden tragis ini merupakan buah dari tindakan brutal OPM selama ini yang sering menggunakan kekerasan untuk menebar ketakutan.  

“Selama ini mereka memakai granat dan senjata untuk menakuti rakyat sendiri, membakar sekolah dan puskesmas. Sekarang mereka sendiri jadi korban dari perbuatannya, ” ujarnya tegas, Senin (20/10/2025).  

“Ini bukti bahwa kekerasan tidak pernah membawa hasil, hanya penderitaan.”

Sementara itu, Pendeta Markus Tabuni, tokoh gereja di Oksibil, menyebut kematian Lamek Taplo sebagai peringatan keras bagi kelompok separatis lain agar menghentikan aksi kekerasan yang hanya memakan korban sia-sia.  

“Kalau pemimpinnya saja mati karena senjata buatannya sendiri, itu tanda bahwa perjuangan mereka sudah kehilangan arah. Tidak ada masa depan di jalan kekerasan, ” ungkap Pendeta Markus.  

“Kami berharap anggota yang tersisa segera menyerahkan diri dan kembali ke masyarakat. Tuhan tidak pernah memberkati jalan kebencian.”

Hal senada disampaikan oleh Elias Wonda, tokoh adat setempat, yang menegaskan bahwa rakyat Papua mendambakan kedamaian dan menolak segala bentuk kekerasan.  

“Kami ingin damai, tidak mau lagi hidup dengan suara tembakan dan ledakan. Sudah cukup darah yang tumpah di tanah ini. Kematian Lamek harus jadi pelajaran bagi semua pihak, ” tutur Elias.

Kematian Brigjen Lamek Alipky Taplo yang selama ini dikenal sebagai dalang di balik berbagai aksi kekerasan di wilayah Pegunungan Bintang membuat struktur kepemimpinan Kodap XV Ngalum Kupel goyah. Sejumlah anggota dilaporkan melarikan diri ke hutan setelah markas mereka terbongkar akibat suara ledakan.

Aparat keamanan kini memperketat patroli dan pengamanan di sekitar lokasi untuk memastikan tidak ada pergerakan lanjutan dari kelompok tersebut. Di sisi lain, masyarakat berharap momen ini menjadi titik balik bagi situasi keamanan di Pegunungan Bintang agar kehidupan warga bisa kembali normal.

“Semoga ini menjadi akhir dari lingkaran kekerasan di tanah kami, ” pungkas Yafet Kalakmabin penuh harap.

(MN/ AG)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |