CIREBON - Malam beranjak semakin sunyi, namun bagi Aipda Ade dan Bripka Rangga, malam adalah jam sibuk. Di balik kemudi mobil patroli Polsek Pabedilan, Aipda Ade, yang dikenal dengan ketenangannya, membaca peta digital area rawan. Di sebelahnya, Bripka Rangga, dengan mata tajam, memindai setiap sudut jalanan. Misi mereka spesifik: Mencegah pergerakan Gang Motor dan menekan angka kejahatan C3 (Curat, Curas, Curanmor). "Titik kumpul anak muda di perempatan sana mulai sepi, Ndan. Tapi kita harus pastikan, jangan sampai mereka bergerak ke jalur tikus, " lapor Rangga, suaranya tenang namun waspada, merujuk pada Gang Motor yang sering menggunakan jalur sepi untuk aksi rolling atau tawuran. Aipda Ade mengangguk. Strategi patroli mobael mereka adalah kehadiran yang tak terduga (Unpredictable Presence). Mereka tidak hanya melintas di jalan utama. Mobil dinas mereka tiba-tiba muncul di gang-gang sempit, parkiran mini market yang sepi, dan area pabrik yang gelap—semua titik yang disukai para pelaku C3 untuk beraksi. Membendung Gerak Cepat Gang MotorPatroli dialihkan ke jalan penghubung antar desa, rute favorit Gang Motor. Ade sengaja menyalakan rotator biru sesekali, membiarkan cahayanya menyapu kegelapan, berfungsi sebagai efek gentar (deterrence)."Fokus, Rangga. Kalau lihat lebih dari tiga motor berboncengan tidak wajar, tanpa helm, atau knalpot brong, segera bersiap komunikasi. Jangan underestimate mereka, mereka sering membawa senjata tajam, " perintah Ade. Tak lama kemudian, di kejauhan, dua sepeda motor melaju ugal-ugalan. Ade segera memelankan laju mobil, memberi isyarat dengan lampu dan sirine pendek. Melihat mobil patroli mendekat, pengendara motor itu panik dan langsung berbalik arah, memilih kabur masuk ke pemukiman. Ade dan Rangga tidak mengejar secara sporadis yang bisa membahayakan pengguna jalan lain, namun mereka mencatat ciri-ciri dan menginformasikan pergerakan tersebut kepada unit lain melalui HT, mengisolasi pergerakan pelaku tanpa mengambil risiko tinggi.
