JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, melontarkan pujian setinggi langit terhadap pidato Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Menurutnya, pidato tersebut merupakan salah satu manifestasi keberanian Indonesia di panggung global.
Dalam orasinya yang menggetarkan, Presiden Prabowo dengan tegas menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengirimkan 20.000 personel pasukan perdamaian ke Gaza atau wilayah konflik lainnya, sepanjang ada keputusan dari PBB.
"Presiden ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya bicara soal perdamaian. Kita siap ikut menanggung beban itu dengan prajurit kita, bahkan dengan dukungan dana. Pesan ini kuat sekali: Indonesia tidak akan diam, " ujar Meutya Hafid di Jakarta pada Rabu.
Meutya Hafid menambahkan, sikap tegas ini berakar dari pengalaman pahit bangsa Indonesia yang pernah merasakan getirnya penjajahan dan ketidakadilan di masa lalu.
"Karena itu ketika Presiden mengatakan ‘kekuasaan tidak bisa menjadi kebenaran, kebenaranlah yang harus menjadi kebenaran’, dunia patut mendengarnya, " imbuhnya.
Langkah Presiden ini, lanjut Meutya, turut menggarisbawahi bahwa negara berkembang seperti Indonesia memiliki kapabilitas dan kemauan untuk memainkan peran krusial dalam kancah internasional.
"Indonesia tidak menunggu. Kita menawarkan solusi. Kita ingin menjadi bangsa yang memberi harapan, bukan hanya untuk Palestina, tapi untuk kemanusiaan, " tandasnya.
Lebih lanjut, Meutya menegaskan bahwa pernyataan Presiden Prabowo terkait Palestina semakin memperkokoh posisi Indonesia dalam mendukung solusi dua negara, yaitu kemerdekaan Palestina yang berdampingan secara aman dengan Israel.
Pidato Presiden Prabowo di Sidang ke-80 Majelis Umum PBB pada Selasa (23/9) memang menyentuh berbagai isu krusial, termasuk genosida yang terjadi di Gaza, Palestina, serta komitmen Indonesia terhadap solusi dua negara.
Selain itu, Presiden juga menyoroti ancaman nyata dari perubahan iklim dan menegaskan komitmen Indonesia untuk bertransformasi menuju energi bersih, disusul dengan pembahasan mengenai krisis pangan dan upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional, serta pandangan Indonesia mengenai peran vital PBB.
Sesi debat umum menjadi puncak acara dalam Sidang ke-80 Majelis Umum PBB. Presiden Prabowo naik podium pada urutan ketiga, mengikuti Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden AS Donald Trump.
Secara tradisi, Brazil selalu mendapatkan giliran pidato pertama, sementara AS, sebagai tuan rumah, berada di urutan kedua.
Kehadiran Presiden Prabowo secara langsung di Markas PBB dalam Sidang Majelis Umum PBB yang ke-80 ini menandai momen bersejarah, yakni kehadiran pertama kepala negara Indonesia setelah satu dekade absen dari forum tahunan PBB tersebut. (PERS)